Selasa 25 Nov 2014 15:57 WIB
Munas Golkar

Kepemimpinan Ical Picu Kegaduhan Golkar

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kanan) memukul gong didampingi, Akbar Tanjung, Idrus Marham dan Nurdin Halid saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar ke VII di Yogyakarta, Selasa (18/11).
Foto: Antara/Regina Safri
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kanan) memukul gong didampingi, Akbar Tanjung, Idrus Marham dan Nurdin Halid saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar ke VII di Yogyakarta, Selasa (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang menilai kegaduhan yang terjadi di internal Partai Golkar saat ini, lebih dipicu oleh faktor kepemimpinan Aburizal Bakrie (ARB) yang cenderung feodal dan terkesan jalan di tempat.

Akibatnya, muncul kader muda progresif yang ingin membawa Golkar ke arah yang lebih lebih berani, berwibawa, baik dalam pemikiran maupun tindakan nyata, kata Ahmad Atang, di Kupang, Selasa terkait kegaduhan di partai berlambang pohon beringin itu. Jadi masalah problem 'leadership' menjadi faktor ketidakpuasan," katanya.

Sejauh ini, waktu penyelenggaraan Munas Golkar sendiri kerap berubah-ubah tanggal dan lokasi pelaksanaannya. Meskipun rapat pleno DPP Partai Golkar sebelumnya telah menyepakati munas digelar Januari 2015, namun tiba-tiba dalam rapimnas penyelenggaraan munas disepakati 30 November 2014 di Bandung.

Tidak lama berselang, DPP Partai Golkar tiba-tiba mengumumkan lokasi penyelenggaraan munas bakal berlangsung di Bali, karena di Bandung tidak memperoleh izin. Tidak sedikit kader yang menilai percepatan munas yang terkesan dipaksakan, untuk memudahkan Aburizal kembali mempertahankan posisinya sekaligus mempersulit calon ketua umum lain untuk melakukan konsolidasi dengan kader daerah.

Ahmad Atang mengatakan, selain faktor kepemimpinan ARB, kericuhan di Partai Golkar menjelang munas menunjukkan bahwa telah terjadi rivalitas antarkandidat cukup tajam sehingga melibatkan massa Golkar. Dari kasus ini kata dia, dapat dipahami bahwa Golkar sebagai partai tua sebenarnya memiliki mekanisme untuk meredam perbedaan ternyata tidak mempan lagi."Golkar kini bagaikan belantara tanpa aturan yang mampu mengendalikan hasrat kekuasaan para kadernya," kata Ahmad Atang.

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan pihaknya akan menyikapi geliat politik yang saat ini terjadi di internal Partai Golkar. "Dewan pertimbangan akan melakukan pertemuan. Dalam pertemuan nanti, saya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan akan menyampaikan informasi kepada para anggota wantim, dan dari informasi itu diharapkan anggota wantim bisa memberikan saran dan pertimbangan terhadap situasi yang dihadapi Partai Golkar," ujar Akbar di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Selasa (25/11).

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement