REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat jumlah penumpang armada angkutan umum di Cirebon, mengalami penurunan. Organda setempat berharap, ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk para sopir dan pengusaha angkutan umum.
"Sejak 18 November (saat harga BBM dinaikkan), penumpang menurun sekitar 40 persen,’’ ujar Sekretaris Organda Cirebon, Karsono, kepada Republika, Senin (24/11).
Karsono menilai, kenaikan harga BBM membuat masyarakat ‘berhitung’ untuk melakukan perjalanan. Hal itu kemungkinan terjadi hingga ada kepastian mengenai peningkatan kenaikan gaji mereka.
Karsono menyatakan, hingga kini belum bisa menyebutkan nilai kerugian dari penurunan penumpang tersebut. Pasalnya, meski tarif angkutan kepada penumpang sudah dinaikkan, namun hal itu juga diikuti dengan kenaikan biaya operasional.
"Pendapatan sopir dan pengusaha angkutan umum juga menurun sekitar 40 persen,’’ kata Karsono.
Menurut Karsono, saat ini merupakan masa-masa yang sulit bagi sopir maupun pengusaha angkutan umum. Bahkan, menjadi ujian apakah mereka bisa bertahan atau tidak menjalani usaha tersebut.
Untuk menolong para sopir maupun pengusaha angkutan umum, Karsono berharap, pemerintah memberikan kebijakan khusus. Seperti misalnya, pengendalian suku cadang maupun keringanan pajak.