Jumat 21 Nov 2014 23:45 WIB

BATAN Minta Dukungan Jokowi guna Produksi Isotop bagi Dunia Kedokteran

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Julkifli Marbun
BATAN
Foto: blogspot
BATAN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, saat ini dunia mengalami krisis Isotop Molybdenum (Mo) 99. Isotop tersebut digunakan untuk mendeteksi penyakit pada tubuh manusia.

Saat ini Isotop  Mo 99 diproduksi oleh  Belanda dan Kanada. Namun akhir-akhir ini jumlah produksinya berkurang.

Isotop sendiri  dihasilkan dari proses pengolahan uranium di reaktor nuklir. Isotop Mo 99 bisa menghasilkan Tc-99 yang bermanfaat untuk memberi citra penyakit yang diderita pasien ketika masuk ke dalam tubuh.

"Isotop itu adalah alat diagnosa yang paling ampuh. Isotop lainnya yang diperlukan adalah I-131 yang bermanfaat untuk mengobati kanker tiroid,"kata Djarot.

Namun  isotop ini harus  diimpor dari sejumlah negara maju. Padahal sebenarnya  Indonesia mampu memproduksinya.

Djarot meminta agar Presiden Joko Widodo membantu BATAN untuk membenahi pola produksi isotop yang digunakan untuk kedokteran nuklir. Sejak terjadinya kelangkaan isotop untuk deteksi dan terapi penyakit, PT. Industri Nuklir Indonesia yang memproduksi isotop berhenti beroperasi akibat penuaan fasilitas produksi.

Terdapat  15 rumah sakit yang bergantung pada isotop impor ini. Mereka harus mendapatkan isotop guna  mendeteksi dan menerapi kanker tiroid,  fungsi ginjal, dan penggunaan kedokteran lain.

BATAN memiliki fasilitas reaktor nuklir di Bandung , Yogyakarta dan Serpong. Ini bisa digunakan untuk memproduksi isotop sendiri.

"Kami membutuhkan dukungan pendanaan untuk kebutuhan keberlanjutan produksi isotop untuk keperluan kedokteran nuklir. Semoga pemerintahan Jokowi mau mendengarkan ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement