REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, saat ini dunia mengalami krisis Isotop Molybdenum (Mo) 99. Isotop tersebut digunakan untuk mendeteksi penyakit pada tubuh manusia.
Saat ini Isotop Mo 99 diproduksi oleh Belanda dan Kanada. Namun akhir-akhir ini jumlah produksinya berkurang.
Isotop sendiri dihasilkan dari proses pengolahan uranium di reaktor nuklir. Isotop Mo 99 bisa menghasilkan Tc-99 yang bermanfaat untuk memberi citra penyakit yang diderita pasien ketika masuk ke dalam tubuh.
"Isotop itu adalah alat diagnosa yang paling ampuh. Isotop lainnya yang diperlukan adalah I-131 yang bermanfaat untuk mengobati kanker tiroid,"kata Djarot.
Namun isotop ini harus diimpor dari sejumlah negara maju. Padahal sebenarnya Indonesia mampu memproduksinya.
Djarot meminta agar Presiden Joko Widodo membantu BATAN untuk membenahi pola produksi isotop yang digunakan untuk kedokteran nuklir. Sejak terjadinya kelangkaan isotop untuk deteksi dan terapi penyakit, PT. Industri Nuklir Indonesia yang memproduksi isotop berhenti beroperasi akibat penuaan fasilitas produksi.
Terdapat 15 rumah sakit yang bergantung pada isotop impor ini. Mereka harus mendapatkan isotop guna mendeteksi dan menerapi kanker tiroid, fungsi ginjal, dan penggunaan kedokteran lain.
BATAN memiliki fasilitas reaktor nuklir di Bandung , Yogyakarta dan Serpong. Ini bisa digunakan untuk memproduksi isotop sendiri.
"Kami membutuhkan dukungan pendanaan untuk kebutuhan keberlanjutan produksi isotop untuk keperluan kedokteran nuklir. Semoga pemerintahan Jokowi mau mendengarkan ini," ujarnya.