REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya berjanji akan mendeteksi keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terutama LSM asing di Riau, supaya tidak menganggu kepentingan perekomian nasional di provinsi tersebut.
"Nanti, kalau soal motivasi dibelakangnya itu dan lain-lain termasuk menggangu perekonomian nasional, kedaulatan dan sebagainya, saya kira pemerintah pasti punya cara tersendiri," kata Siti di VIP Lancang Kuning, Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Selasa.
Sebagai birokrat yang sudah sangat lama mengabdikan diri kepada pemerintah Indonesia dengan posisi terakhir Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Siti Nurbaya mengaku, bisa mendekteksi dengan baik, apabila ditemukan hal-hal yang kurang baik dari gelagat LSM tersebut.
Terutama apabila ditemukan indikasi keterlibatan atau peran LSM khususnya asing untuk kepetingan negara lain atau asing, maka pemerintah mempunyai cara tersendiri dengan tetap menyelamatkan aset kepentingan nasional.
"Jadi, bersama para aktivis lingkungan membahas secara bersama-sama tentang kebakaran hutan dan lahan dengan pertimbangan bahwa masalah ini adalah yang sangat serius," paparnya.
Menurut dia, Presiden Jokowi menginginkan pihaknya untuk segera melakukan identifikasi secara tepat tentang Karhutla di Riau yang telah terjadi dalam 17 tahun terkahir dan sekaligus melakukan upaya-upaya yang telah dilakukan sebagai solusi, agar tidak terulang kembali.
Oleh karena itu, pihaknya berniat untuk mencarikan solusi dengan melibatkan aktivis lingkungan dan melakukan identifikasi masalah karhutla di Riau terlebih dahulu secara benar, karena pada dasarnya bagi pemerintah suara masyarakat siapapun dan sekecil apapun, seharusnya tetap menjadi perhatian.
"Kenapa saya justeru turun kelapangan?, karena kita mau lihat sebenarnya terjadi itu apa. Dengan begini, saya kira kita sepakat bahwa kebenaran itu, ya kebenaran itu sendiri. Karena itu yang paling penting berada pada persoalan, lalu mari kita lihat bersama-sama ada masalah apa," ucapnya.
Karhutla di Riau yang terakhir kali terjadi awal 2014, data Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat telah menghanguskan 21.914 hektare, sekitar 58.000 orang terserang ISPA, sekolah diliburkan dan 6 juta jiwa penduduk provinsi itu terpapar karena asap.
"Belum ada NGO atau LSM yang mendaftar," kata Komandan Pasukan Udara Satgas Tanggap Darurat Asap, Kolonel Pnb Andywan waktu itu.
Dia mengatakan, sejauh ini bantuan untuk tenaga pemadaman dari udara datang dari dua perusahaan swasta yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper dan Sinar Mas Group PT Arara Abadi.
Keduanya membantu 4 unit helikopter untuk bom air dan angkutan logistik.