REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan penaikan harga BBM adalah sebuah pilihan untuk mengurangi risiko keuangan yang terjadi di Indonesia.
Ia mengakui penaikan BBM juga memiliki banyak risiko, namun akan ada manfaat yang lebih besar.
"Kita tidak bisa hidup tanpa risiko apapun, termasuk di bidang keuangan," kata pria yang akrab disapa JK, saat membuka Risk and Governance Summit 2014, Selasa (18/11).
JK mengatakan ada dua instrumen untuk mengatur negara yakni instrumen APBN dan kebijakan. Selama ini, menurutnya instrumen APBN belum mampu menstimulus kegiatan ekonomi secara masif .
Hal itu karena APBN banyak dibelanjakan kepada sektor-sektor yang konsumtif dan tidak memberikan efek domino kepada perekonomian. Alokasi APBN terlalu banyak diunakan untuk subsidi dan belanja.
"Apa yang kita lakukan semalam adalah solusi memperbaiki APBN sebagai intrumen," ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah siap menanggung risiko dicaci-maki oleh masyarakat setelah mengambil kebijakan tidak populer ini.
Hal itu, kata JK membuat presiden sendiri yang mengumumkan kenaikkan harga BBM. Mulai hari ini pukul 00, harga BBM bersubsidi naik Rp 2000. Harga premium naik dari Rp 6500 menjadi Rp 8500.