Jumat 14 Nov 2014 15:28 WIB
Golkar Memanas Lagi

Konflik Golkar Baru Reda Jika Ical tak Lagi Maju Jadi Ketum

Rep: c01/ Red: Mansyur Faqih
Jokowi dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat mengunjungi pasar Gembrong di Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (13/5).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Jokowi dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie saat mengunjungi pasar Gembrong di Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penepatan pelaksanaan musyawarah nasional (munas) Partai Golkar pada Januari 2015 diapresiasi oleh para bakal calon ketua umum (caketum). Namun dikatakan belum menjadi indikasi akan meredanya ketegangan di internal partai.

Pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, apresiasi penentuan waktu wunas oleh para bakal caketum belum tentu membuat gejolak internal mereda. Karena gejolak itu bukan persoalan perbedaan pelaksanaan munas.

Melainkan lebih mengenai perbedaan pandangan dari kedua kubu di internal. Yaitu kubu yang mendukung Aburizal Bakrie (Ical) untuk maju lagi dan kubu yang berlawanan.

Emrus menilai, substansi dari ketegangan yang terjadi dalam internal Golkar adalah perbedaan pandangan. "Oleh karena itu, sepanjang Ical masih mencalonkan diri menjadi ketua umum Golkar periode selanjutnya, sepanjang itu saya pikir tidak mereda," jelas Emrus, Jumat (14/11).

Menurut dia, jika ingin menyelamatkan Golkar, maka ada baiknya jika Ical tak lagi mencalonkan diri untuk menjadi ketua umum. Kemudian memberi kesempatan pada mereka yang muda dan berpengalaman.

Ia menilai, Ical memiliki imej yang kurang baik. Khususnya terkait pencapaian Golkar yang kurang menonjol pada masa kepemimpinannya. "Lebih baik membangun branding baru (untuk pimpinan Golkar)," terang Emrus.

Ia mencatat, pencapaian Ical yang gagal antara lain terkait target kursi legislatif. Sebelumnya, Golkar menargetkan untuk mendapatkan 30 persen kursi legislatif.

Praktiknya, pencapaian Golkar hanya setengahnya, yaitu sekitar 14 persen lebih. "Ini anjlok banget lho, 50 persen (dari target)," ujar Emrus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement