Rabu 12 Nov 2014 20:45 WIB

Enam Warga Bantul Meninggal karena Leptospirosis

Leptospirosis
Foto: wikipedia.org
Leptospirosis

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat sepanjang tahun 2014 enam warga meninggal karena terkena leptospirosis atau penyakit akibat bakteri leptospira yang ditularkan dari hewan ke manusia.

"Kasus leptospirosis di Bantul pada 2014 per 11 November sebanyak 74 kasus, enam orang di antaranya meninggal, karena memang kondisinya sudah parah hingga gagal ginjal dan harus masuk rumah sakit (RS)," kata Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Bantul, Pramudi Dharmawan di Bantul, Rabu (12/10).

Menurut dia, kasus leptospirosis yang umumnya disebabkan kencing tikus tersebut jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada tahun lalu cenderung mengalami peningkatan dari sisi penderita yang meninggal, karena dari total 74 kasus pada 2013 tidak ada yang meninggal.

"Kasusnya fluktuatif tidak hanya terjadi pada musim hujan, karena musim kering (kemarau) juga banyak yang kena, namun paling banyak terjadi saat musim hujan. Makanya kami minta warga mewaspadai penyakit leptospirosis terlebih saat musim hujan," katanya.

Adapun gejala awal terkena penyakit ini, kata dia badan terasa demam dan nyeri pada bagian betis, namun demikian sebagian besar penderita yang telah terlanjur parah awalnya hanya menganggap sakit biasa sehingga tidak menyadari kalau terkena penyakit tersebut.

"Sebenarnya dari aspek pencegahan itu mudah, sesudah melakukan aktivitas sehari-hari langsung mencuci tangan dengan sabun maupun mandi sesegera mungkin, karena bakteri akan mati jika terkena sabun," katanya.

Menurut dia, enam warga Bantul yang meninggal karena penyakit ini terindetifikasi berasal dari tiga kecamatan yakni, Srandakan, Pundong dan Jetis yang selama ini memang di sebut-sebut wilayah endemik penyebaran penyakit leptospirosis.

"Sebenarnya meskipun ada enam orang yang meninggal jika dilihat dari jumlah kasus yang ada sebanyak 74 kasus, angka kematian ini bukanlah kejadian yang luar biasa, karena (angka kematian) tidak sampai 25 persen dari total kasus," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement