Selasa 11 Nov 2014 13:33 WIB

MITI: Soal Teknologi, Perlu Belajar Banyak dari Jerman

Penemu alat terapi kanker berbasis listrik statis, Warsito Purwo Taruno. (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Penemu alat terapi kanker berbasis listrik statis, Warsito Purwo Taruno. (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, STUTTGART -– Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Dr. Warsito P Taruno tidak menampik Jerman merupakan salah satu negara yang menjadi kiblat teknologi dunia.  Sebab itu, ilmuwan dan teknolog Tanah Air perlu belajar banyak dari negara ini.

Warsito mengungkapkan hal tersebut saat pembukaan kantor cabang MITI di Stuttgart, Jerman,  Ahad (9/11). Pembukaan cabang lembaga swadaya masyarakat (LSM) ini bertujuan menjembatani hasil riset para ilmuwan dan teknolog agar dapat diaplikasikan untuk  menjawab kebutuhan dan mensejahterakan rakyat.

"Kita tak bisa pungkiri, banyak teknologi Jerman yang menguasai pasar dunia. Karenanya,  kita perlu belajar banyak dari Jerman soal ini. Untuk lebih mempermudahnya, kita buka cabang di sini,’’ ujar Warsito saat peresmian seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima ROL, Selasa (11/11).

Menurut Warsito, para pengurus cabang Jerman yang diketuai kandidat doktor Johar Ciptokusumo tersebut rata-rata ilmuwan dan teknolog Indonesia yang tengah belajar dan atau  bekerja di Jerman.

Mereka, kata Warsito, bisa menjadi jembatan dalam mempermudah akses  ke pusat-pusat teknologi Jerman, baik dalam transfer teknologi maupun manajemen teknologi  yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

"Seiring dengan itu, saat ini tak kurang dari 9 pengurus MITI sedang ada di Jerman untuk  mempelajari sistem dan manajemen Kantor Transfer Teknologi (KTT). Mereka belajar di Steinbeis Head Quarter, Stuttgart, Jerman sejak sepekan lalu,’’ jelas Warsito.

Delegasi yang terdiri dari seluruh manajer operasional MITI Pusat akan belajar dan  mendiskusikan konsep KTT yang sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia hingga  pertengahan November mendatang.

Dalam penjelasannya, Warsito menyebut salah satu permasalahan yang membelit kemajuan  teknologi di Indonesia adalah belum menyebarnya hasil penelitian kepada masyarakat  secara maksimal. Padahal, teknologi yang telah dihasilkan dapat menjadi potensi untuk  mensejahterakan rakyat.

"Banyak pihak belum menyadari bahwa banyak produk berteknologi yang dihasilkan  industri di Indonesia hanya sekadar rakitan produk teknologi luar. Padahal, dari segi  kemampuan, ilmuwan dan teknolog Indonesia memiliki kemampuan. Tak sedikit di antara  mereka yang sudah dikenal menjadi tokoh berkelas dunia,’’ papar Warsito.

MITI merupakan lembaga yang bergerak dalam pemanfaatan teknologi untuk kebutuhan masyarakat. Tugas utama MITI ialah menjembatani hasil riset yang dilakukan oleh para ilmuwan dan teknolog agar dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan dan mensejahterakan rakyat. Dalam upaya tersebut, MITI melakukan kerjasama dengen Steinbeis.

Steinbeis adalah lembaga independen dalam bidang teknologi yang telah lebih dari tiga puluh tahun berkompeten menangani transfer teknologi. Steinbeis telah memiliki jaringan di banyak  negara dunia, termasuk Malaysia, Jepang, dan India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement