REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG —- Minimnya perhatian pemerintah dalam mendukung riset-riset yang berorientasi pada peningkatan nilai pada dunia bisnis menjadi keprihatinan kalangan peneliti. Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Dr Warsito P Taruno, menyebut minimnya perhatian tersebut menjadi sebab rendahnya daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional.
ungkap Warsito saat menjadi pembicara pada Sarasehan dan Dialog Teknologi Kedeputian TPSA (Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam) Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi (BPPT) yang berlangsung di Gedung Geostech, Puspiptek, Serpong, Kamis (2/10).
‘’Yang jelas belum ada keseriusan dari pemerintah dan mekanisne yang efektif untuk membantu bisnis swasta berbasis riset agar bisa berkembang dengan baik,’’ ujar ungkap Warsito saat menjadi pembicara pada Sarasehan dan Dialog Teknologi Kedeputian TPSA (Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam) Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi (BPPT) yang berlangsung di Gedung Geostech, Puspiptek, Serpong, Kamis (2/10).
Menurut Warsito yang juga pendiri CTech Labs ini, secara umum belum ada persepsi di kalangan pemerintah bahwa upaya membangun bisnis berbasis riset akan membantu ekonomi negara dan menciptakan lapangan kerja bernilai tambah tinggi. Padahal, berkaca dari negara-negara lain yang telah maju, tampak jelas dukungan pemerintah terhadap riset, termasuk di kalangan swasta menjadi penggerak ekonomi negara tersebut.
‘’Tak perlu jauh-jauh, Singapura saja sangat perhatian kepada riset untuk dukung ekonominya. Ini dibuktikan dengan dukungan anggaran yang mencapai 2,43 persen dari PDB-nya. Coba bandingkan dengan Indonesia yang hanya alokasikan 0,08 persen,’’ ujarnya dalam siaran persnya kepada ROL.
Karena minimnya perhatian dari pemerintah, kalangan swasta yang lebih banyak memanfaatkan teknologi dalam mendukung bisnisnya ada pada level UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) meskipun jumlahnya juga terbatas. Kondisi ini memiliki kemiripan dengan yang terjadi di negara-negara mittelstand (seperti Jerman, Austria, dan Swedia).‘’Di sana banyak lulusan PhD yang membangun kewirausahaan berbasis riset yang mereka geluti selama di universitas,"