Selasa 11 Nov 2014 11:10 WIB

Di Bali, Bayar Iuran BPJS Bisa Menggunakan Sampah

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bank Sampah (Ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Sampah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sejumlah wilayah di Bali telah mengembangkan skema Bank Sampah, salah satunya Bank Sampah Cahaya Parta Jaya yang telah memiliki lebih dari 1.200 nasabah saat ini. Selain menyetor sampah dan membawa uangnya pulang, nasabah juga bisa melakukan simpan pinjam, bahkan membayar iuran BPJS Kesehatan.

Humas Bank Sampah Cahaya Parta Jaya, Ketut Suarnaya mengatakan bank ini berhasil mendaftarkan 40 nasabahnya untuk mengikuti program BPJS Kesehatan. Keikutsertaan nasabahnya ini sudah berlangsung sejak Oktober 2014. Ia berharap semakin banyak lagi nasabah yang menyiapkan diri lewat program pemerintah untuk rakyat ini demi mengantisipasi jika mengalami sakit dan harus dirawat inap.

"Nasabah yang ikut BPJS Kesehatan ada yang kelas 1, kelas 2, bahkan kelas 3, sesuai dengan kemampuan masing-masing," ujar Suarnaya, Selasa (11/11).

Nasabah yang menjadi peserta BPJS Kesehatan membayar iuran sebesar Rp 25.500 per bulan untuk kelas 3, kemudian Rp 42.500 per bulan untuk kelas 2, dan Rp 59.500 per bulan untuk kelas 1 melalui bank sampah. Iuran diambil dari saldo tabungan masing-masing nasabah. Persyaratan utama untuk bisa ikut BPJS Kesehatan melalui bank sampah ini adalah nasabah harus memiliki saldo minimal Rp 30 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 60 ribu.

Suarnaya berharap konsep membayar iuran BPJS dengan tabungan sampah ini bisa mengunggah minat masyarakat untuk melihat sampah dari sisi ekonomi dan sosialnya. Perusahaan juga ke depannya akan mengembangkan konsep beasiswa untuk anak-anak nasabah yang kurang mampu mengingat biaya sekolah yang kian mahal.

Keberadaan Bank Sampah Cahaya Parta Jaya juga menarik minat banjar-banjar di Kecamatan Denpasar Timur untuk membuka bank serupa. Misalnya, Banjar Abian Kapas Tengah yang menarik tabungan sebesar Rp 11 juta. Mereka sudah mengumpulkan sampah di banjarnya selama tiga bulan.dddDdDdd

Sampah yang dikumpulkan masih sebatas sampah anorganik. Hasil penjualan sampah di banjar itu kemudian ditabung di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) setempat untuk memberdayakan perekonomian desa.

Direktur Bank Sampah PT Cahaya Parta Jaya, Made Bagiada menambahkan, bank sampah yang dikelolanya bersama tujuh orang staf melayani penjemputan sampah ke lokasi para nasabah jika dibutuhkan. Awalnya, pria yang merintis ide bank sampah ini mencari solusi untuk meminimalkan pembuangan sampah ke TPA Suwung.

"Tahun 1997, saya sudah mulai jual beli barang bekas dan 2011 mulai mengembangkan bank sampah," ujar Bagiada.

Camat Denpasar Timur, Dewa Made Puspawan mengatakan keberadaan bank sampah di wilayahnya semakin berkembang. Ini menandakan masyarakat Bali sudah memandang sampah bukan sebatas benda kotoran, tapi bisa membawa berkah. Pemerintah Kota Denpasar juga terus memotivasi masyarakatnya untuk peduli terhadap lingkungan dengan meningkatkan kesadaran akan kebersihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement