Sabtu 08 Nov 2014 18:38 WIB

Museum Perjuangan yang Terlupakan

Rep: C09/ Red: Yudha Manggala P Putra
Museum Perjuangan Bogor.
Foto: Disparbud
Museum Perjuangan Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Museum Perjuangan 10 November 1957 masih berdiri kokoh di antara gedung-gedung megah di Jalan Merdeka, Bogor. Meski berada di pusat kota, bangunan yang diresmikan pada 1957 itu tak menjadi perhatian masyarakat yang melintas.

Pemandu museum, Ma'ruf, mengatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor kurang menaruh perhatian terhadap kondisi museum. Padahal Museum Perjuangan merupakan satu-satunya museum yang dimiliki secara resmi oleh pemkot. "Ini museum luar biasa, tapi kesejahteraannya kurang," ujar Ma'ruf, Sabtu (8/11).

Museum yang telah berusia lebih dari setengah abad itu terlihat tua dan tak segagah saat pertama kali beroperasi. Meski benda-benda bersejarahnya masih terawat dengan baik, beberapa titik di atapnya rusak dan bolong. "Padahal ini salah satu museum tertua dan terlengkap di Indonesia," terang dia.

Ma'ruf menjelaskan, meski kurang mendapat perhatian Pemkot, Museum Perjuangan Kota Bogor tetap terus mengutamakan kualitas isi dan sejarahnya. Sehingga siapapun yang berkunjung ke sini akan mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang berharga. "Tak heran semua barang di sini amat terjaga," ujarnya.

Menurutnya, Kota Bogor adalah tempat yang tepat didirikannya Museum Perjuangan ini. Pasalnya, banyak pertempuran yang terjadi di sini pada jaman penjajahan. Banyak pula perwira yang dilahirkan di Bogor.  "Kota Bogor bukan kota hujan, tapi kota perwira," kata Ma'ruf.

Bangunan berlantai dua ini banyak menyimpan koleksi senjata dan dokumen-dokumen resmi negara. Berbagai pecahan Rupiah yang pernah dikeluarkan pemerintah Indonesia pun tersusun rapi.

Namun Ma'ruf menyayangkan situs bersejarah seperti Museum Perjuangan, tidak menjadi fokus Pemkot Bogor. Museum ini butuh dana perbaikan dan pelestarian.

Pengunjung yang datang per harinya pun tidak banyak. Uang yang ditarik sebesar Rp. 4.000 tidak akan cukup untuk membiayai pemeliharaan.

Pada hari-hari biasa, museum lebih sering dikunjungi anak sekolah. Sekelompok anak sekolah biasanya juga disuguhi tayangan sejarah perjuangan Kota Bogor. "Tapi sayang sekali ke sini hanya untuk tugas tanpa bermaksud ingin tahu sejarah," kata Ma'ruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement