REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Hari Pahlawan Nasional pada 10 November, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional pada empat tokoh yang telah berjasa pada bangsa dan negara.
Upacara penganugerahan tersebut digelar di Istana Negara dengan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta sejumlah menteri Kabinet Kerja. Upacara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan mengheningkan cipta.
Setelah itu, protokoler Istana membacakan Keppres Nomor 115/TK/2014 tentang penerima gelar pahlawan nasional dalam rangka Hari Pahlawan 2014. Kemudian, Presiden Jokowi memberikan plakat tanda jasa pada ahli waris penerima gelar pahlawan nasional.
Berikut adalah empat tokoh yang menerima anugerah tersebut:
1. Alm Letjen TNI Djamin Ginting.
Pada tahun 1947, saat pasukan Belanda melancarkan Agresi Militer I, Djamin memimpin perlawanan di Front Tanah Karo seperti Sibolangit, Pancur Batu, Tuntungan, Merek dan Saribudolok. Selain itu, Djamin juga salah satu komandan pasukan Indonesia dalam pertempuran Medan Area melawan pasukan Inggris di Sumatera. Djamin juga pernah menjadi Duta Besar Luar Biasa RI di Kanada pada 1972 sampai ia wafat di tahun 1974.
2. Almarhum Sukarni Kartodiwirjo
Pria kelahiran Blitar, 14 Juli 1916 ini merupakan salah satu orang yang mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan membawa keduanya ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Setelah proklamasi, Sukarni menghimpun kekuatan pemuda mendukung pemerintah RI.
3. Almarhum K.H. Abdul Wahab Chasbullah
Tokoh agama dari Jombang, Jawa Timur ini merupakan salah satu tokoh yang merusmukan Resolusi Jihad sebagai dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan. Sebagai tokoh NU, Abdul Wahab juga pernah menghimpun dukungan Nahdliyin pada pemerintah Indonesia dalam memenangkan perang melawan Belanda.
4. Almarhum Jenderal Mayor Mohammad Mangoendiprojo
Pria kelahiran Sragen, 5 Januari 1905 ini merupakan salah seorang tokoh penggerak revolusi. Mohammad juga berjasa dalam mengambil alih aset pribadi orang-orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto senilai ratusan juta gulden. Uang tersebut kemudian digunakan untuk kepentingan perjuangan.