REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Papua, Lukas Enembe, menolak dikatakan tidak optimal mengelola dana otsus. Selama ini ada pandangan dana yang sudah digelontorkan untuk Papua tidak pernah optimal dikelola.
"Anggap gagal maksudnya gimana?," kata Lukas di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (5/11).
Lukas mengatakan dana otsus Papua tidak besar. Dana otsus hanya dua persen dari seluru total dana alokasi umum nasional. "Sebenarnya tidak cukup," katanya.
Selama 13 tahun terakhir dana otsus hanya tertumpuk di provinsi tanpa kejelasan penggunaan. Saat ini, kata Lukas, dirinya telah mengeluarkan kebijakan menyebarkan 80 persen dana otsus ke 29 kabupaten di Papua. Provinsi hanya mengelola sekitar 20 persen dari keseluruhan dana otsus.
Hitung-hitungan Lukas, setiap kabupaten di Papua hanya menerima sekitar Rp 80-90 miliar. Dana ini terlalu kecil karena biaya pembangunan yang mahal. "Kami bangun jembatan 500 meter bentangannya itu habisnya Rp 50 miliar," contoh Lukas
Lukas meminta mendagri melihat persoalan dana otsus Papua secara komprehensif. Keliru jika mendagri menganggap dana otsus yang diberikan pusat ke papua sudah sangat besar. Sebab anggaran Rp 30 triliun yang telah dikeluarkan pusat merupakan akumulasi sejak 13 tahun yakni dari 2002 sampai sekarang.
"Jangan mendagri tidak melihat kebijakan yang sedang berjalan. Nah jangan tabrakan dengan kebijakan kita yang sekarang," ujarnya.
Lukas meminta pusat mencari jalan keluar yang solutif mengatasi persoalan pembangunan infrastruktur di Papua. Bukan dengan mengurangi dana otsus. Tapi dengan membangun industri yang bersifat integral dengan infrastruktur. "Pabrik semen harus bangun di sana. Pabrik pupuk harus di bangun di sana," kata Lukas.