REPUBLIKA.CO.ID, SENAYAN -- Persoalan tiket elektronik ternyata bukan hanya lantaran penumpang harus merogoh kocek lebih dalam untuk menggunakan bus Transjakarta.
Penumpang lainnya mengeluhkan tiket elektronik yang mereka miliki tidak bisa diisi ulang di semua halte.
Hartati (30 tahun) yang memiliki tiket elektronik dari BNI urung naik bus Transjakarta karena tidak bisa isi ulang tiket di Halte GBK.
"Ngapain harus beli lagi, saya sudah punya e-tiket, harusnya tidak boleh offline donk kalau gini penumpang kan susah," ujar dia, Selasa (28/10).
Menurut Hartati, pengelola bus Transjakarta seharusnya mengevaluasi pemberlakuan tiket elektronik yang dikeluarkan oleh beberapa bank tersebut. "Saya menyarankan pada transjakarta agar membenahi prosedur tiket bagi penumpang," kata dia.
Sebab, tiket elektronik yang dikeluarkan oleh bank membuat penumpang kesulitan setiap layanan bank tersebut sedang offline. Hartati melanjutkan jika terjadi lonjakan penumpang di halte GBK dan layananan pengisian ulang tiket offline maka penumpang akan protes.
Dia pun menyarankan, pengelola bus Transjakarta seharusnya mencontoh Kereta Rel Listrik Commuter Line. KRL sudah mengadopsi sistem tiket elektronik di seluruh stasiun di Jabodetabek.
Pengelola KRL Commuter Line mengeluarkan dua jenis tiket, yaitu tiket elektronik berlangganan dan tiket elektronik yang digunakan untuk satu kali perjalanan. Pengguna kereta juga bisa menggunakan tiket elektronik yang dikeluarkan oleh beberapa bank, seperti halnya bus Transjakarta.
Adanya tiket yang dikeluarkan oleh pengelola KRL membuat penumpang tidak kesulitan. Sebab, kartu itu bisa digunakan di semua stasiun. Karena itu, Hartati menyatakan, dia belum pernah menemukan sistim offline ketika naik KRL.
"Kalau sudah ada yang offline begini, penumpang yang susah," ujar dia.