REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sejumlah bahan pangan kebutuhan pokok rumah tangga yang dijual di pasar-pasar kota Bandar Lampung, harganya mulai naik dalam kisaran 10 sampai 15 persen. Kenaikan ini menyusul isu akan naiknya bahan bakar minyak (BBM) pada 1 November mendatang.
Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Pasir Gintung dan Pasar SMEP di Kota Bandar Lampung, bahan pangan yang harganya naik mulai dari sayur mayur, seperti cabai merah, cabai rawit, bawang putih dan bawang merah. Selain itu, kenaikan juga terjadi bahan pokok lain seperti beras, sagu dan terigu.
Pedagang Pasar Pasir Gintung menjual cabai merah dari harga semula Rp 35 ribu menjadi Rp 38 ribu per kg , bahkan di Pasar Tamin harga cabai merah sudah mencapai Rp 40 ribu per kg. Sedangkan cabai rawit dari harga Rp 30 ribu menjadi Rp 32 ribu per kg.
Kenaikan harga juga terjadi pada bawang putih dari harga Rp 15 ribu menjadi Rp 17 ribu per kg. Bawang merah dijual dari Rp 15 ribu naik jadi Rp 16 ribu per kg. Harga timun masih bertahan tinggi belum turun sejak Idul Adha lalu dalam kisaran Rp 5.000 per kg.
Sedangkan sagu bermerek mengalami kenaikan dari harga Rp 8.000 menjadi Rp 9.000 per kg, sedangkan terigu bermerek naik dari Rp 9.000 menjadi Rp 10.000 per kg. Komoditas dapur lainnya seperti udang kering naik dari Rp 100 ribu menjadi 120 ribu per kg.
Sedangkan buah-buahan juga mengalami kenaikan seperti jeruk dari Rp 10 ribu menjadi Rp 12 ribu per kg. Alpukat dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000 per kg. Menurut pedagang bahan pokok, kenaikan harga terjadi karena merebaknya isu akan naiknya BBM pada awal November mendatang.
"Biasa kalau koran sudah ada berita BBM bakal naik, ongkos angkutan sudah naik duluan. Jadi, harga barang terpaksa dinaikkan," kata Husni, pedagang bahan pokok di Pasar Pasir Gintung.
Ia mengatakan kenaikan sudah terjadi sejak Sabtu (25/10) pagi,saat barang diterima di tempat dari agennya. Alasan pihak agen dan distributor, kenaikan karena harga suku cadang dan ongkos di jalan sudah naik, sehingga pemilik bahan pokok terpaksa menaikkan harga untuk menyesuaikan.
Sri Wahyuni, pedagang gorengan di Hanura, Kabupaten Pesawaran, menyesalkan dengan mulai naiknya harga bahan pokok. Pasalnya, kata dia, kalau barang sudah naik, maka para pedagang kesulitan menaikkan harga dagangan, karena pembeli akan sepi.
"Kami serba salah barang dagangan dinaikkan pembeli sepi, tidak dinaikkan harga bahan sudha naik semua seperti trigu, sagu, cabai dan bawang," kata ibu tiga anak ini.