Senin 20 Oct 2014 18:34 WIB

Anggota MPR: Pelantikan Jokowi Adalah "Moment of Truth"

 Presiden Terpilih Joko Widodo mengucapkan sumpah jabatan saat pelantikannya di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (20/10). (Antara/Yudhi Mahatma)
Foto: Antara/ Yudhi Mahatma
Presiden Terpilih Joko Widodo mengucapkan sumpah jabatan saat pelantikannya di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (20/10). (Antara/Yudhi Mahatma)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Anggota MPR RI Jeffrie Geovanie menilai  pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden RI pada Senin (20/10) adalah "moment of truth".  Menurut dia, tidak ada suasana permusuhan dan tidak ada situasi berhadap-hadapan dalam Sidang Paripurna MPR tersebut.

"Bahkan tidak ada kebencian tersisa di jam-jam bersejarah itu," ungkap Jeffrie, Senin, (20/10).

Apalagi, kata dia,  pasangan pesaing Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres kemarin, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa disambut standing applause saat menghadiri pelantikan tersebut. "Begitu juga SBY- Boediono."

Menurut dia, semua saling memberikan penghargaan, menempatkan posisi dan porsi masing-masing dengan begitu sempurna dalam harmoni.

Hal ini, papar Jefrie,  sejalan dengan pernyataan Jokowi sejak awal kemunculannya di Pilpres,  bahwa politik itu adalah kegembiraan. "Dan itu konsisten dilaksanakannya hingga hari ini," ungkap politisi muda itu.

Padahal, kata dia, belakangan sebelumnya masih banyak terselip pesimisme di media sosial ataupun di media massa. "Ada yang mengatakan SBY menyandera demokrasi, parlemen dikuasai Koalisi Merah Putih, eksekutif akan dijegal parlemen, demokrasi Indonesia kembali ke titik nol Orde Baru, dan banyak sekali nada pesimis lainnya," cetusnya.

Seakan, lanjut dia, demokrasi Indonesia sedang diambang kehancuran, bahkan situasi politik kini dalam posisi berhadap-hadapan antara legislatif dan eksekutif, lebih spesifik antara KMP dan KIH. "Tapi semua itu sudah jelas hanya isapan jempol," tegas Jeffrie.

"Berlalulah nada pesimis, terkuburlah semua kenyinyiran yang selalu dihembuskan. Kita, di hadapan tamu-tamu asing dari negara sahabat, menunjukkan sebuah politik demokrasi yang bernilai sangat tinggi dan mulai. Kita bahkan bisa berkata, belajarlah demokrasi, dari sini, Indonesia," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement