Senin 20 Oct 2014 08:43 WIB

Komnas HAM: Jokowi-JK Harus Wujudkan Empat Ikhtiar

Rep: C57/ Red: Bayu Hermawan
Jokowi dan Jusuf Kalla di Rumah Transisi, Jakarta Pusat, Ahad (28/9) malam WIB.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Jokowi dan Jusuf Kalla di Rumah Transisi, Jakarta Pusat, Ahad (28/9) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Hafid Abbas mengatakan Presiden dan Wapres terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla harus bisa membawa bangsa Indonesia bergerak mencapai empat ikhtiar dan doa.

"Bangsa Indonesia sedang bergerak menuju empat ikhtiar dan do'a. Pemimpin yang insya Allah dilantik Senin (20/10) ini, harus membawa bangsa ini mencapai empat ikhtiar dan do'a itu," ujarnya kepada Republika, Ahad (19/10) malam.

Ia menjelaskan, ikhtiar pertama Indonesia harus menjadi sebuah bangsa yang mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darahnya. Jadi menurutnya tidak boleh ada seorang pun anak bangsa Indonesia yang digantung di Saudi Arabia.

"Kita harus hadir sebagai bangsa yang dapat melindungi seluruh bangsanya," katanya.

Menurut Hafid, tidak boleh ada lagi tetesan darah di Malaysia atau dimanapun dari keluarga besar bangsa Indonesia. "Kita harus menjadi bangsa terhormat," tegasnya.

Ikhtiar kedua, Bangsa Indonesia tidak boleh ada yang miskin. Jokowi-JK harus memajukan kesejahteraan umum bangsa Indonesia. Sebenarnya, lanjut Hafid, kalau para pemimpin memang benar-benar mengurus rakyatnya, maka mustahil atau tidak mungkin rakyat menjadi miskin.

Hafid melanjutkan, ikhtiar ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas itu ialah bangsa yang memelihara tradisi. Namun, tradisi itu tidak boleh stagnan. Agar tradisi atau budaya itu tidak stagnan, paparnya, maka harus ditambah dengan ilmu dan pendidikan. Budaya atau tradisi ditambah ilmu akan menjadi 'civilization' (peradaban).

Jadi, jelasnya, jika memiliki kebiasaan yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia modern, maka tradisi itu harus ditinggalkan. Yang terakhir adalah do'a dan hal ini bersifat sakral. Bangsa Indonesia, lanjutnya, harus mengendalikan dunia.

"Kita harus mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia," ujarnya.

Ia menambahkan bangsa Indonesia tidak boleh lebih rendah dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. "Kita tidak boleh minder dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement