Jumat 10 Oct 2014 00:00 WIB

Demokrasi Indonesia Dinilai Oligarki, Ini Alasannya (1)

Suasana sidang paripurna pengunduran diri Presiden terpilih, Joko Widodo di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (2/10).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Suasana sidang paripurna pengunduran diri Presiden terpilih, Joko Widodo di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (2/10).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gajah Mada Arie Sudjito menilai demokrasi Indonesia masih diliputi oligarki, terlihat dari sikap legislator saat ini.

"Melihat manuver partai politik dari Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat di parlemen, terlihat demokrasi Indonesia tidak beranjak dari oligarki dan disinyalir demokrasi kita mengalami defisit," kata Arie dalam diskusi Forum Diskusi Ekonomi dan Politik (FDEP) di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan terbentuknya dua kubu di parlemen itu tidak berkorelasi dengan tuntutan demokrasi dan membuat parlemen menjadi "kumuh".

Menurut dia, rekayasa dan terpilihnya Bendahara Umum Partai Golkar Setya Novanto menjadi Ketua DPR menjadi indikasi parlemen saat ini tidak lebih baik dari periode sebelumnya.

"Setya Novanto yang diindikasikan bermasalah terpilih sebagai ketua DPR, itu menjadi rekaman publik terhadap kepercayaan mereka kepada parlemen yang akan menyusut," ujarnya. (Bersambung)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement