REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyebut komposisi alutsista (alat utama sistem senjata) milik TNI yang dimiliki masih belum maksimal, karena komposisinya masih 32 persen dan diharapkan sampai lima tahun ke depan bisa sampai 65 persen.
"Harapan lima tahun ke depan 65 persen dan mudah-mudahan terpenuhi," katanya saat dikonfirmasi terkait dengan alutsista milik TNI saat ini di sela peletakan batu pertama masjid sekaligus gedung pusat penyiaran Islam di kantor Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (8/10).
Ia mengatakan alutsista yang dimiliki TNI masih kurang dan masih dibawah persentajaan negara lain, seperti yang dimiliki Malaysia ataupun Singapura. Sistem persenjataan Indonesia masih tertinggal semenjak 15 tahun terakhir dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Untuk itu, ia membuat sejumlah rencana untuk semakin melengkapi alutsista yang dimiliki TNI menjadi lebih baik.
Sesuai dengan rencana awal, ia berharap perbaikan alutsista TNI itu bisa tercapai dalam lima tahun ke depan, sebab untuk pengamanan harus dibutuhkan beberapa perlengkapan serta alat yang semakin canggih.
Beberapa yang akan diperbaiki misalnya kapal, yang jumlahnya masih belum mencukupi untuk memantau seluruh wilayah kepulauan di Indonesia. Dalam perkembangannya, Indonesia juga telah menjalin kerja sama dengan Korea Selatan untuk pengadaan pesawat tempur senilai 8 miliar Dolar Amerika Serikat dengan sistem alih teknologi.
Tentang besarnya anggaran, Panglima menyebut dibutuhkan anggaran sampai Rp 150 triliun. Besarnya anggaran itu telah disetujui era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menargetkan tercapainya kemandirian senjata untuk kebutuhan TNI.
Panglima juga sudah berbicara dengan Presiden terpilih Joko Widodo terkait dengan komposisi alutsista dan Jokowi menilai komposisi tersebut sudah bagus. Namun, ia tetap bertahap, modernisasi komposisi alutsista akan terus dilakukan, sehingga alutsista yang dimiliki TNI menjadi lebih baik.