Selasa 07 Oct 2014 19:49 WIB

Ibunda: Mayang Mudah Bergaul dan Ingin jadi Artis

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Marcus dan Mayang
Foto: facebook
Marcus dan Mayang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27 tahun), korban mutilasi di Australia, dikenal orang tuanya mudah bergaul semasa sekolah di kota Bandar Lampung. Setelah SMA, Mayang justru ingin menonton dan menjadi artis.

"Semasa sekolah Febri (panggilan ibunya), mudah bergaul dengan siapa saja," kata Nining Sukarni (45 tahun), ibu kandung Mayang, di rumahnya Jalan Panglima Polim, Gang Star, Kelurahan Sukamenanti, kota Bandar Lampung, Selasa (7/10).

Mayang menghabiskan masa remajanya dari SD hingga SMA di kota Bandar Lampung. Selama sekolah ia sering menonton artis yang datang ke Lampung.Bahkan, ia terpesona dengan artis bernama Mayang Sari. Setamat SMA, ia merantau ke Bali. Di sana ia mencari pekerjaan dari salon ke salon.

"Febri memang sering main di salon," tutur Nining yang telah berpisah dengan suaminya, Nuryanto, beberapa tahun silam. Di Bali, ia bekerja di salon, sampai ia memutuskan untuk operasi transgender. Nining tidak tahu persis alasan Mayang harus operasi.

Luasnya pergaulan Mayang, sampai ia hijrah ke Australia dan bekerja di kapal pesiar sebagai juru masak. "Sampai dia ketemu suaminya sekarang, dan membuka toko di sana," cerita ibunya.

Bahkan, setelah menikah, ia hilir mudik Australia-Bali. Namun, kalau pulang kampung biasanya setahun sekali. Itu pun saat masih sendirian."Sejak menikah hanya bisa seteleponan dengan Febri," tuturnya.

Keluarga Mayang masih berharap jazad Febri pulang ke Bandar Lampung, dengan cara apapun. "Ini terakhir kali saya melihat anak sulung saya.Saya ingin anak saya dikubur di Lampung," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement