Senin 06 Oct 2014 07:48 WIB

Profauna Soroti Kondisi Hewan di Tareko Malang

Profauna
Foto: ROL
Profauna

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Profauna Indonesia menyoroti kondisi sejumlah hewan langka dan dilindungi yang ada di kawasan Taman Rekreasi Kota (Tareko) Malang, Jawa Timur. Profauna menilai perawatan hewan-hewan itu tidak layak.

"Ada Burung Kakatua yang menjadi salah satu hewan langka dan dilindungi, kondisinya memprihatinkan karena bulunya rontok dan tubuhnya hanya ditumbuhi bulu halus. Bulu Kakatua yang rontok itu bukan proses alami, tapi disebabkan stres," kata Direktur PROFAUNA Indonesia, Rosek Nursahid, di Malang, Senin.

Menurutnya, Burung Kakatua, apalagi jambul kuning, membutuhkan kandang yang didesain seperti hutan dengan menghadirkan dahan-dahan bercabang untuk hinggap agar bisa berpindah-pindah dari satu dahan ke dahan lainnya.

Ia mengatakan hanya saja, penyebab stresnya Kakatua tersebut belum diketahu, apakah karena kondisi kandang yang kurang memadai atau karena terserang penyakit, apakah flu atau ada virus lain. Kondisi ini harus ditangani serius agar hewan-hewan langka dan dilindungi itu tidak sampai punah.

Selain Burung Kakatua Jambul Kuning, lanjutnya, kondisi Burung Elang yang ada di Tareko juga meprihatinkan. Burung elang tersebut menempati kandang yang sempit, sehingga tidak bisa bergerak leluasa, padahal burung elang butuh kandang yang besar untuk bisa bebas terbang.

Ia mengatakan seharusnya Burung Elang itu ditempatkan di kandang yang besar karena burung jenis predator ini membutuhkan areal lahan yang cukup luas untuk melayang dan mengepakkan sayap. Idealnya, kandang elang memiliki tinggi 15 meter, sebab jika tidak bergerak, otot sayap melemah.

"Kalau sudah demikian akan sulit untuk melatih agar bisa kembali mampu mengepakkan sayapnya, bahkan kalau kandangnya sempit juga bisa stres," tegasnya.

Menanggapi sorotan PROFAUNA tersebut, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tareko Malang, Nur Asmi membantah anggapan ada yang mengatakan burung di Tareko tidak terurus dan dibiarkan, sehingga menyebabkan sejumlah hewan stres.

"Burung Kakatua yang bulunya rontok memang sedang dalam proses pergantian bulu dan itu alami dan nanti akan tumbuh dengan sendirinya melalui proses alami pula. Jadi, tidak benar kalau hewan itu stres atau diserang penyakit," tandasnya.

Menurut dia, petugas secara rutin melakukan perawatam terhadap satwa yang berada di Tareko. Untuk perawatan, pihaknya bekerja sama dengan dokter hewan dari Dinas Pertanian Kota Malang yang secara intensif memeriksa kesehatan, melakukan vaksinasi, memberikan obat-obatan dan menyemprot kandang agar steril.

Saat ini Tareko yang berlokasi di belakang gedung Balai Kota Malang itu memiliki enam ekor Kakatua Jambul Kuning, lima ekor merak, seekor burung kasuari, enam ekor elang jawa, dua ekor rangkok, dan seekor burung hantu. Aneka burung tersebut ditempatkan dalam kandang selebar 6 meter kali 5 meter dan sebuah kandang besar setinggi 20 meter.

Hanya saja, kandang besar itu tidak digunakan sebagai tempat untuk elang, padahal elang membutuhkan kandang besar agar leluasa bergerak. Elang justru ditempatkan di kandang yang berukuran 6 meter kali 5 meter dan kandang besar itu justru digunakan untuk burung tidak dilindungi seperti ayam mutiara dan burung dara.

UPT Tareko sudah mengusulkan untuk membangun kandang besar bagi aneka jenis burung tersebut dan rencananya kandang burung akan ditempatkan di tepi bantaran Sungai Brantas yang ada di belakang Balai Kota Malang.

Beberapa tahun lalu PROFAUNA juga mengusulkan agar keberadaan Tareko ditutup dan hewan yang menjadi koleksi Tareko dievakuasi melalui BKSDA ke sejumlah tempat penangkaran hewan dilindungi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement