Rabu 17 Sep 2014 18:06 WIB

Ahok Akan Studi Banding Proyek Giant Sea Wall ke Korsel

Rep: C66/ Red: Bayu Hermawan
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Foto: Yasin Habibi/Republika
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

REPUBLIKA.CO.ID, BALAI KOTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan berangkat ke Korea Selatan, untuk melakukan studi banding proyek pembangunan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau biasa dikenal dengan tanggung laut raksasa (Giant Sea Wall).

Ahok mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merasa perlu belajar dari Korea Selatan, karena negara itu sudah terlebih dahulu sukses membangun tanggul laut raksasa. Bahkan Korsel juga berhasil memanfaatkan tanah diatas tanggul laut raksasa sebagai lahan pertanian.

"Iya saya mau ke Korea Selatan untuk studi banding bagaimana mereka membangun proyek tersebut, juga dalam melakukan reklamasi dan mengembangkannya menjadi lahan pertanian," ujar Basuki di Balai Kota, Rabu (17/9).

Selain itu, kunjungan Ahok ke Korsel juga untuk menghadiri pembukaan Asian Games ke-17 di Incheon pada Sabtu (20/9) mendatang. Ia dijadwalkan tiba di negeri ginseng tersebut sehari lebih awal, Jumat (19/9) mendatang.

"Pembukaan Asian Games sebenarnya Jumat malam, tapi saya sudah sampai pagi. Daripada bengong tidak ada kerjaan, saya pikir lebih baik saya melihat dan mempelajari bagaimana mereka berhasil membangun dan memanfaatkan Saemangeum Seawall," ujar Basuki menjelaskan.

Saemangeum Seawall adalah proyek tanggul raksasa yang terletak di pesisir barat tanjung Korea. Proyek ini oleh salah satunya dimanfaatkan oleh Pemerintah Korea Selatan sebagai tempat untuk bercocok tanam. Pembangunan ini berlangsung selama 21 tahun, yang mana, dimulai pada 1991 dan selesai 2010.

"Karena sempat ada penolakan dari warga disana, kami juga mau lihat bagaimana mereka menanganinya. Kan sebenarnya tujuan pembangunan Giant Sea Wall yang disertai reklamasi ini penting agar kita dapat lahan untuk pertanian," ujar Basuki menjelaskan.

Pembangunan Saemangeum Seawall di Korea Selatan sempat menuai kontroversi. Para aktivis di negara tersebut memprotes, pembangunan tanggul raksasa dapat merusak lingkungan lokal wilayah.

Seperti diketahui, sejak lama Pemprov DKI Jakarta berniat untuk membangun tanggung laut raksasa. Pembagunan giant sea wall ini merupakan ide yang dicetuskan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Rencananya pembangunan ini dilakukan dalam tiga tahap, yang mana tahap A adalah reklamasi 17 pulau serta peninggian dan penguatan tanggul laut pantura sepanjang 63 kilometer, tahap B pembangunan kontruksi tanggul terluar, dan tahap C pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall.

Namun rencana pembangunan itu mendapat pro dan kontra. Beberapa ahli menilai pembangunan tanggul laut raksasa di Jakarta adalah proyek yang salah kaprah. Proyek yang ditujukan untuk mencegah banjir di Jakarta selama ini, tidak tepat dilakukan karena bencana itu tidak diakibatkan laut.

Giant sea wall justru dikhawatirkan dapat memperparah banjir, tidak hanya di Jakarta, namun juga di Bekasi dan Tangerang karena tanggul itu dapat memperlambat aliran air. Tidak hanya berdampak pada lingkungan, proyek tanggul raksasa ini dapat merugikan secara ekonomi.

Percepatan pendangkalan sungai, sebagai salah satu dampak pembangunan tanggul raksasa akan memerlukan biaya untuk melakukan pengerukan rutin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement