Ahad 14 Sep 2014 09:18 WIB

Anggota Parlemen Jepang Dukung Pembatalan PLTU Batang

Penolakan PLTU BAtang
Foto: greenpeace
Penolakan PLTU BAtang

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota parlemen Jepang mendukung gerakan dua warga Batang di Jepang yang menyampaikan penolakan dan menuntut pembatalan mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) senilai 4 miliar dolar AS oleh konsorsium perusahaan Jepang.

Mizuho Fukushima, anggota Parlemen Jepang yang juga merupakan Mantan Menteri Negara Urusan Konsumen dan Keamanan Pangan, Sosial, dan Kesetaraan Gender, menerima kunjungan dari Roidi dan Taryun, dua warga Batang dari desa Karanggeneng dan Ponowareng.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Arif Fiyanto yang menemani kedua warga Batang ke Jepang mengungkapkan dalam pertemuan tersebut Mizuho juga mendesak perwakilan dari Kementerian Keuangan dan The Japan Bank for International Cooperation (JBIC) untuk menemui perwakilan warga Batang.

“Mizuho menegaskan kepada JBIC dan Kementerian Keuangan bahwa Jepang harus mengacu pada prinsip-prinsip HAM dan lingkungan dalam tiap investasinya. Selain itu dia juga bersikeras tidak ada batu bara yang bersih. Sebab itu investasi ini harus dihentikan, juga demi menjaga hubungan baik kedua negara,” ujar Arif, Ahad (14/9).

Pada kesempatan tersebut Hirofumi Oishi, Director Press and External Affairs Division JBIC, dan Kazunori Ogawa, Deputy Director Power and Water Finance Department JBIC menyatakan akan mempertimbangan suara masyarakat, pemerintah Indonesia, dan perusahaan, sebelum memutuskan untuk meneruskan atau membatalkan rencana pendanaan  bakal PLTU terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Mizuho bukanlah anggota parlemen pertama yang menyayangkan keterlibatan Jepang dalam pembangunan PLTU di Batang. Sebelumnya Naoto Sakaguchi, Direktur Jenderal Departemen Internasional Partai Restorasi, juga mengaku terkejut atas apa yang terjadi di Batang.

Politisi dari partai oposisi ini kemudian berjanji akan memanggil JBIC, dan Menteri Luar Negeri dan Investasi Jepang terkait Batang. Menurutnya kejadian ini tak hanya merugikan rakyat Indonesia, tetapi juga akan merusak citra Jepang di mata internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement