Rabu 10 Sep 2014 18:31 WIB

Nasib Malang Pohon Jelang Ultah Bandung

Rep: C 63/ Red: Indah Wulandari
Seniman street art membuat mural di Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Sabtu (9/8).  (foto : Septianjar Muharam)
Seniman street art membuat mural di Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Sabtu (9/8). (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Setelah menuai kritikan dari sebagian warga dan pemerhati lingkungan hidup terkait pemasangan bendera hijau, kuning, dan biru di pohon-pohon kota Bandung, Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung segera menginstruksikan pemasangan bendera ulang.

Pemasangan bendera yang diperbaiki hanya untuk pohon yang dipasang menggunakan paku atau paku payung dan stepler. "Jadi yang dipaku, dicabut saja, dan diganti dengan tali atau lem, ya sudah dimulai, ini sedang proses memperbaiki," ujar Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Arief Prasetya, Rabu (10/9).

Arief memang mengakui adanya pohon-pohon yang dibalut kain bendera dengan cara dipaku dan distepler. Padahal, saat pencanangan awal pihaknya telah menghimbau agar pemasangan bendera khas kota Bandung tersebut tidak sampai merusak pohon.

"Tetapi ini kan gerakan yang sangat banyak, tentu ada saja orang yang ngambil cara gampangnya saja dipaku aja atau distepler," ujar Arief.

Padahal, Arief mengakui pemasangan bendera dengan cara dipaku dan distepler dapat merusak batang kambium pohon-pohon tersebut. Sebab, bagian yang akan dipaku tersebut akan terluka dan kemudian busuk.

"Ya kayak tubuh kita aja luka itu kan bisa infeksi, nah kalau pohon kena itu bisa pembusukan kambium, bisa busuk," ujar dia.

Sebelumnya juga Wali Kota Bandung Ridwan Kamil juga telah menginstruksikan untuk segera mencabut paku-paku yang terpasang di bendera tersebut.

Namun, pantauan Republika di lapangan, masih banyak pohon-pohon yang masih terbalut kain dengan cara dipaku. Pohon di beberapa jalan protokol seperti Jalan RE Martadinata, Jalan Diponegoro, bahkan di kawasan Balai Kota pun masih terpasang stepler dan paku payung. Sedangkan di tepian Jalan Surapati, pohon yang dibalut kain sudah diganti dengan cara dijahit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement