REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Kebutuhan listrik yang terus meningkat di Indonesia tak diimbangi dengan pasokan listrik yang memadai.
“Kurang lebih ada 12 juta rumah tangga dan 55 juta orang di negara kita ini yang belum mendapatkan akses listrik,”kata Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa saat mengisi Diskusi Publik: Kondisi dan Tantangan Kelistrikan Indonesia di Masa Depan, di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (9/9).
Diskusi yang digagas oleh BEM Keluarga Mahasiswa UGM ini, juga menghadirkan pembicara General Manager PT. PLN Distribusi Jateng-DIY Djoko Rahardjo Abumanan.
Fabby kemudian melanjutkan, listrik merupakan kebutuhan penting dan tidak bisa ditinggalkan. Listrik merupakan salah satu prasyarat bagaimana sebuah bangsa membangun perekonomian. Sayangnya, sampai saat ini belum semua daerah di Indonesia mendapatkan akses listrik.
Selain persoalan tadi, Fabby juga menyinggung rata-rata konsumsi listrik masyarakat Indonesia yang rendah di kawasan Asia Tenggara. Hal ini salah satunya disebabkan kurangnya pasokan listrik. Tahun 2012, menurut Fabby, pasokan listrik Indonesia mengalami kekurangan antara 5.2-9.7 GW khususnya jika dilihat dari tingkat pemakaian listrik dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Solusinya antara lain dengan menambah jumlah pasokan serta pembangunan infrastruktur yang diharapkan bisa berdampak ke sektor lain, seperti kesehatan dan pendidikan,”tambah Fabby.
General Manager PT. PLN Distribusi Jateng-DIY Djoko Rahardjo Abumanan mengakui perlunya tambahan anggaran. Jika modal anggaran tidak naik maka PLN menurut Abumanan tidak cukup untuk berinvestasi. Kondisi ini menjadi dilema karena satu sisi PLN harus siap dalam menyediakan fasilitas (infrastruktur) listrik namun terkendala anggaran.
“Strateginya bisa dengan menaikkan tarif dan subsidi, penguatan modal negara ataupun restrukturisasi pinjaman,”tegasnya.