Rabu 03 Sep 2014 15:52 WIB

Sleman Perbanyak Sekolah Siaga Bencana

Rep: Nur Aini/ Red: Yudha Manggala P Putra
Asap sulfatara keluar dari Gunung Merapi saat difoto dari Sabana 1 Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (27/4).
Foto: Antara/Teresia May
Asap sulfatara keluar dari Gunung Merapi saat difoto dari Sabana 1 Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman akan memperbanyak Sekolah Siaga Bencana (SSB) di sekitar kawasan lereng Gunung Merapi. Pembentukan SSB tersebut untuk membekali siswa dengan pengetahuan mitigasi bencana Gunung Merapi.

"Jumlah sekolah siaga bencana akan ditingkatkan, idealnya seluruh sekolah di lereng Merapi dibekali menjadi sekolah siaga bencana," ujar Bupati Sleman, Sri Purnomo seusai acara peluncuran film dokumenter Mahaguru Merapi di Museum Gunung Merapi, Rabu (3/9).

Hingga saat ini, Kabupaten Sleman sudah memiliki lima SSB dan satu rintisan SSB. Sekolah yang sudah menjadi SSB yakni SD Kepuharjo dan SD Umbulharjo 2, SMP Negeri 2 Cangkringan, SMK Nasional Berbah, dan SMK Muhammadiyah Cangkringan. Sedangkan, SMK Muhammadiyah Pakem masih menjadi rintisan SSB.

Upaya mitigasi bencana Gunung Merapi juga dilakukan dengan membentuk desa tanggap dan tangguh bencana. Saat ini ada empat desa tanggap bencana tersebut yakni Sindumartani di Kecamatan Ngemplak dan Wukirsari di Kecamatan Cangkringan.

"Kami berharap dari upaya tersebut dapat secara bertahap menyiapkan masyarakat Sleman khususnya di daerah rawan bencana dapat mitigasi bencana bila sewaktu-waktu terjadi erupsi," ujar Sri.

Kepala SD Kepuharjo, Ramelan mengatakan SSB membuat siswa lebih tenang saat menghadapi bencana. Kondisi tersebut dinilai penting untuk menghadapi krisis misalnya saat siswa kelas 6 harus menjalani ujian kelulusan di tengah status Gunung Merapi naik dari normal. "Setelah jadi SSB, sering ada pelatihan mitigasi di sekolah. Anak-anak menjadi tahu di mana jalur evakuasi dan titik kumpulnya," ungkap Ramelan.

Saat status Merapi naik menjadi waspada Mei lalu, Ramelan mengaku siswa sempat panik. Namun, siswa bisa segera dikondisikan. Dia menilai kesuksesan SSB tergantung usaha bersama dan kesiapan dari pihak sekolah, wali murid, dan siswa. "SSB juga butuh dukungan pemerintah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement