Jumat 22 Aug 2014 04:16 WIB

Penyebab Kebutaan Sephia Rizkiani Masih Dalam Penanganan

Rep: C69/ Red: Julkifli Marbun
Kesehatan bayi (ilustrasi)
Foto: Antara
Kesehatan bayi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sephia Rizkiani, bayi yang mengalami kebutaan usai mendapat penanganan medis di RSUD Cibabat telah dikonsultasikan ke RS Cicendo, Kota Bandung. Bayi berumur 1,8 tahun itu, pada 13 Mei lalu telah menjalani pemeriksaan pertamanya di RS khusus mata itu.

Berdasarkan diagnosa RSUD Cibabat sebelumnya, Sephia dinyatakan menderita Papil Atrofi. Hal itu kemudian dibenarkan oleh Primawita Oktarina, Dokter Spesialis Mata Anak di RS Mata Cicendo. Hal itu dinyatakannya usai melakukan pemeriksaan terhadap Sephia.

"Saraf mata berwarna pucat di kedua mata, dengan kondisi terberat di sebelah kanan, indikasinya fungsi penglihatan akan turun," ujarnya kepada wartawan ketika ditemui di RS Cicendo, Kamis (21/8).

Saraf mata yang berwarna pucat itu, dijelaskannya, timbul karena saraf tidak lagi mampu mengalirkan informasi penglihatan dari otak ke mata. Pihak RS Cicendo sendiri sejauh ini belum dapat memastikan penyebab kelainan itu.

Primarita mengatakan, bahwa penyebab kebutaan sendiri bisa bermacam-macam. Bukan hanya permasalahan di saraf. Namun, bisa juga kondisi otak pasien yang menyebabkan penglihatan tidak lagi berfungsi.

Terlebih lagi, tambahnya, melihat riwayat sang anak. Menurut penuturan dari ibunya, Sephia pernah menderita panas, kejang, hingga tak sadarkan diri selama seminggu.

"Banyak hal bisa jadi penyebabnya, bisa karena gangguan syaraf, penyakit turunan, atau infeksi," jelas dia.

Pihaknya dalam hal ini mengaku belum melakukan pemeriksaan lebih jauh. Namun, ia memastikan untuk kondisi di bola mata si bayi sendiri dalam keadaan baik.

Ia mengatakan untuk selanjutnya Sephia akan dikonsultasikan ke bagian Low Vision. Hal itu menurutnya akan dimulai pada 6 bulan mendatang.

Pasalnya saat ini, kata dia, Sephia masih terlalu kecil untuk diketahui kondisinya lebih jauh. Sulit untuk mengetahui sejauh apa penglihatan kurang berfungsi. Hal itu terkait kemampuan Sephia yang belum bisa merespon dengan baik.

"Anak ini masih umur satu tahun, ditambah cerita ibunya juga anak itu baru bisa merangkak di umur 14 bulan, jadi kebayang pemeriksaannya seperti apa," katanya.

Mengenai apakah kelainan ini akan bersifat permanen atau tidak, Primawita juga belum bisa memastikan. Pasalanya, perkembangan anak tidak bersifat statis.

Namun, memang menurutnya, fungsi penglihatan akan berkurang dibanding anak sesusianya. Hal ini juga tergantung seberapa banyak kematian sel syaraf yang diderita. "Yang mati tidak bisa dihidupkan kembali, sisanya yang masih hidup itu yang akan kita stimulasi, memaksimalkan kemampuan yang tersisa," jelas dia.

Sementara, Iwan Sovani, Direktur Medik dan Keperawatan, RS Cicendo membenarkan hal itu. Ia mengungkapkan, nantinya Sephia akan dilatih untuk tidak semata-mata mengandalkan indra penglihatan.

Ia pun mengaku masih sulit untuk mengetahui kondisi Sephia lebih lanjut di umurnya yang masih terlalu kecil. "Ditanya belum bisa, seiring dia tambah umur nanti kita lihat," katanya.

Mengenai kesalahan penanganan infus yang banyak diduga sebagai penyebab kebutaan, ia mengaku bukan kompetensinya untuk berbicara. Namun katanya, secara teori pemasangan infus di kening tidak berpengaruh pada hal itu. Pasalnya, pusat penglihatan sendiri masih jauh di dalam kepala dan terlindungi tengkorak kepala.

Ia justru menyoroti banyaknya orang tua yang tidak paham soal penglihatan pada anak. Perkembangan penglihatan anak memiliki fase tergantung dari umur.

Pada umur 3-4 bulan, seharusnya anak sudah mampu memfokuskan penglihatan pada satu benda. Cara mengujinya dengan membuat si anak mengikuti arah gerak satu benda yang digerakan oleh seseorang. Jika anak tidak merespon dengan baik, menurutnya harus segera dikonsultasikan.

Selanjutnya, pada umur 6-7 tahun, kemapuan penglihatan anak sudah setara orang dewasa. Jika fokus tidak baik, kecendrungannya adalah mata malas. Indikasinya, penglihatan tidak jelas atau buram.

"Ingat, anak tidak akan pernah mengeluh, dosa orang tua jika terlambat menyadari," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement