Jumat 15 Aug 2014 09:24 WIB

Nazaruddin Terobsesi pada Sosok Anas Urbaningrum?

Rep: gilang akbar prambadi/ Red: Muhammad Hafil
Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kasus Hambalang bergulir, eks Bendahara Umum (Bendum) Partai Demokrat (PD ) Nazaruddin dikenal sangat berseberangan dengan Anas Urbaningrum. Dua kolega yang pernah sama-sama menjabat posisi strategis di PD itu saling tampik setiap satu diantara mereka melontarkan tudingan atau sanggahan.

Namun siapa mengira bahwan Nazar ternyata sangat terobsesi pada sosok Anas. Hal tersebut terungkap di sidang kasus Hambalang dengan terdakwa Anas Urbaningrum di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Kamis (14/8). 

Saksi Mindo Rosalina Manulang mengatakan, sejak terjun ke dunia politk Nazar sangat ingin agar Anas duduk sebagai Ketua Umum (Ketum) PD. Bahkan menurutnya, Nazar memiliki harapan yang lebih besar dari sekedar hal itu. 

“Nanti setelah jadi Ketum, kita jadikan Anas presiden,” ujar Rosa menirukan kata-kata Nazar di pengadilan. 

Saksi lainnya, Nuril Anwar mengungkapkan, eks atasannya di DPR RI itu memang sangat memiliki nafsu besar untuk berkuasa. Nuril berujar, Nazar pun sempat menyampaikan hasratnya untuk menjadi Ketum  PD, namun sadar akan kemampuannya yang belum cukup. 

“Ya sebagai staf ahli, saya sarankan agar Nazar banyak belajar supaya lebih andal,” ujar bekas Tenaga Ahli Nazaruddin itu di depan Majelis Hakim. 

Mendengar sarannya ini, kata Nuril, Nazar lalu menjadikan Anas sebagai mentor untuk menggali ilmu politik. Hal ini pun diakui oleh Anas saat jeda sidang semalam. 

Anas berujar, ia sempat menjadi semacam konsultan untuk Nazar yang mulai terjun ke dunia politik 2009 silam. Saat itu, Anas sering membimbing dan memberikan ilmu politiknya kepada Nazar guna menghadapi pemilihan umum legisatif lima tahun lalu. Atas bantuannya, Anas mendapat bayaran dari Nazar karena telah mengajarinya. 

“Nazar bilang uang operasional, sebagai komisi karena saya bimbing dia untuk jadi caleg, sama sekalian dengan saudaranya,” kata Anas. 

Pengakuan Anas ini lalu dibenarkan pula oleh Yulianis, eks Wakil Direktur Marketing perusahaan Nazaruddin di Permai Grup. Wanita yang juga menduduki jabatan pengawas keluar masuk uang di kas perusahaan Nazaruddin ini mengatakan, ada pembayaran khusus untuk Anas terkait bantuannya itu. 

Komisi  tersebut, dikategorikan gaji oleh perusahaan Nazar sebagai bagian dari pertanggungjawaban keuangan laiknya catatan pembukuan usaha pada umumnya. “Saya buat gaji untuk Januari, Februari dan Maret sebesar Rp 20 juta, kode gajinya ditulis dengan huruf E, ada yang (gaji) bulan April dikembalikan lagi oleh Pak Anas,” ujar Yulianis di persidangan yang sama. 

Kini, kondisi tali silaturahim kedua mantan politisi muda milik partai yang pernah berkuasa di Indonesia ini nyaris sulit untuk bisa tersambung lagi. Nazar yang terus menuduh Anas terlibat mega kasus Hambalang kini makin tersudut dan ada di posisi kontra dengan kubu eks idola politiknya itu. Setiap kata yang terlontar dari mulut bos beberapa perusahaan konstruksi besar di Indonesia ini dianggap fitnah oleh Anas. 

Padahal, diungkap oleh mantan Wasekjen PD, Angelina Sondakh, Nazar dan Anas sebetulnya pernah sangat dekat. “Dari cerita Pak Nazar, Pak Anas itu dianggapnya sudah seperti saudara. Kadang kalau mau bertanya soal arahan Pak Anas, kami di partai bertanya ke Pak Nazar, dia yang jelaskan apa maksud dari setiap perintah Pak Anas sebagai ketua umum,” kata Angie masih dalam kesempatan yang sama saat bersaksi di Pengadilan Tipikor.

 Sampai saat ini, meski terus mencecar Anas dengan ragam tuduhan, Nazar masih terlihat menyisakan sikap santun kepada eks Ketua HMI itu. Dalam setiap kesempatan, Nazar kerap menyebut Anas dengan sebutan ‘bos’ atau paling tidak menambahkan kata ‘mas’ di belakang nama bekas atasannya itu.

Sebaliknya, mimik Anas kerap kali tertangkap datar ketika menanggapi apapun terkait Nazar. Anas tampak masih kesal dan tak menyangka orang yang ia 'besarkan' kini membuatnya harus duduk sebagai tertuduh di kursi pengadilan korupsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement