Kamis 14 Aug 2014 19:18 WIB

Tak Bantu Urus Proyek, Nazar Sesali Anas Jadi Ketum PD

Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan bendahara umum DPP Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menyesali Anas Urbaningrum terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat karena menilai Anas tidak membantu untuk mengurus proyek-proyek yang ditangani Nazaruddin.

"Dia (Nazaruddin) menyesal Pak Anas menjadi ketua umum (Ketum) Demokrat karena Pak Anas tidak bisa diatur untuk menggolkan proyek proyeknya, justru yang banyak membantu itu Ketua DPR, Pak MA (Marzuki Alie)," kata mantan staf ahli Nazaruddin di DPR Nuril Anwar dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Kamis (14/8).

Nuril menjadi saksi untuk terdakwa mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam sidang perkara penerimaan hadiah dari sejumlah proyek-proyek pemerintah dan tindak pidana pencucian uang.

"Dari situ yang membuat hubungan Pak Nazar dan beliau (Marzuki Alie) sangat dekat, dan terakhir sebelum ke Singapura bertemu selama tiga jam di mobil, saya di depan, Bu Neneng dan Pak Nazar. Dia (Nazaruddin) menyesal karena Pak Anas tidak bisa diatur-atur padahal proyek banyak," ungkap Nuril.

Nazaruddin adalah pimpinan Anugerah atau Permai Grup yang menangani berbagai proyek pemerintah.

"Pak Nazar punya obsesi besar, salah satu cita-cita besarnya adalah dia ingin menjadi ketua umum Partai Demokrat, mungkin setelahnya (Anas) karena dia masih muda. Saya sarankan agar banyak belajar, kita belajar bareng, temen-teman kan pintar politik salah satunya Pak Anas," tambah Nuril.

Nuril pun mengaku Nazaruddin sangat mempercayainya termasuk bercerita tentang berbagai proyek yang ditangani oleh Nazaruddin sebelum menjadi anggota DPR pada 2009.

"Ketika longgar kami sering diskusi banyak hal, dia (Nazaruddin) cerita main proyek lama sejak 2004, seperti proyek flu burung dan sebagainya, Dia sangat menyesal karena proyek flu burung dimenangkan Anugerah padahal seharusnya orang lain, dan Anugerah terima fee-nya saja. Pak Nazar jadi stres memikirkan KPK, polisi, kejaksaan mau bongkar proyeknya, dia merasa terancam. Ketika menjadi anggota DPR, dia terganggu secara psikologi karena proyek-proyeknya terbongkar," tegas Nuril.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement