Rabu 13 Aug 2014 12:49 WIB

Tim Transisi Ancam Kesuksesan Jokowi

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden terpilih Joko Widodo didampingi Rini M Soemarno saat meresmikan kantor transisi di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Senin (4/8
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Presiden terpilih Joko Widodo didampingi Rini M Soemarno saat meresmikan kantor transisi di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Senin (4/8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tim Transisi yang dibentuk Joko Widodo dinilai menjadi ancaman. Mereka yang terlibat didalamnya memiliki catatan yang tidak bisa dilupakan bangsa ini. Pengamat politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, menyebutkan, ada di dalamnya yang pernah dimintai keterangan dalam penyelidikan kasus surat keterangan lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Kasus ini sangat mencolok, karena merugikan negara triliunan rupiah. Baru tim transisi saja, Jokowi sudah merekrut orang yang bersentuhan dengan perkara besar. Ini nantinya akan menjadi tanda tanya, bagaimana komitmen Jokowi membentuk pemerintahan yang profesional.

Tim juga berisikan orang - orang yang belum mumpuni dalam berpolitik. Anis Baswedan misalkan, karirnya berkutat pada dunia akademik. Akbar Faisal dikenal kerap berpindah partai. Dulu Hanura, kini Nasdem. Hal ini menandakan inkonsistensi berpolitik.

Selain itu, tim ini nantinya bisa menjadi ancaman bagi kelanggengan pemerintahan Jokowi. Kritik dan aksi menolak pemerintahan akan bermunculan nantinya. "Kalau mau selamat, Jokowi jangan merekrut tim transisi menjadi menteri di kabinetnya," imbuh Igor saat dihubungi, Rabu (13/8).

Kabinet ideal, menurutnya, adalah yang memiliki kemampuan memimpin. Selain itu, jangan sampai ada yang memiliki beban masa lalu. Kabinet Jokowi bukanlah orang yang hanya pandai berteori dan beretorika, tapi yang mampu membawa bangsa ini menjadi lebih baik.

Jokowi diingatkannya untuk mencermati hasil rekap KPU kemarin. Selisih suara hanya delapan juta. Mereka adalah orang-orang yang menginginkan Jokowi memperbaiki bangsa ini. Kalau Jokowi salah merekrut orang, maka delapan juta orang akan kecewa. Bila ditambahkan dengan pemilih Prabowo dan Hatta, maka artinya lebih dari 50 persen pemilih pada pilpres menyesal memilih Jokowi.

Dia menyatakan saat ini Jokowi selalu menjadi sorotan dalam membentuk tim transisi. Pembentukannya tidak melibatkan parpol koalisi yang sudah membantunya memenangkan pemilu. Jika Jokowi salah dalam mengambil kebijakan dalam menentukan pembantunya di pemerintahan, maka pemerintahannya belum tentu berhasil hingga satu periode.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement