Selasa 12 Aug 2014 22:20 WIB

Pendiri Agama Baha'i Tunjuk Putranya Sebagai Penerus Kepemimpinan

Rep: c91/ Red: Mansyur Faqih
Laman resmi Bahai Indonesia
Foto: Bahaiindonesia.org
Laman resmi Bahai Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri agama Baha'i yang mengaku tuhan wafat pada 1892 di Bahji. Kemudian, putra sulungnya Abdul I-Baha ditunjuk menjadi pemimpin baru bagi umat Baha'i di dunia.

Dalam surat wasiatnya, Bahaullah berharap putranya dapat menjadi suri teladan. Pada 1911-1913, Abdul I-Baha melakukan perjalanan ke Mesir, Eropa, serta Amerika. 

Abdul melanjutkan misi ayahnya mengenai perdamaian dan keadilan sosial kepada umat semua agama.

Melansir website resmi Baha'i internasional, kabarnya banyak  yang mendukung ajaran Baha'i. Mulai dari organisasi perdamaian dunia, para dosen, wartawan, bahkan pemerintah. 

Meski begitu, berbagai pertentangan pun juga didapatkan. Sebelum wafat pada 1921, Abdul menulis surat wasiat dan menunjuk cucu tertuanya, Shoghi Effendi Rabbani sebagai wali Baha'i sekaligus penafsir ajaran agama. 

Semasa hidupnya Shoghi menerjemahkan beragam tulisan Bahaullah ke dalam bahasa Inggris.

Agama ini berjalan sesuai tuntunan Bahaullah, di dalam Qitaz, yang merupakan kitab suci penganut Baha'i. Sehingga mereka meyakini, tak ada sekte atau pun aliran di dalam agama tersebut. 

Setelah Shoghi Effendi wafat, umat Baha'i kemudian dibimbing oleh lembaga internasional bernama Balai Keadilan Sedunia.

Makam keluarga Bahaullah sendiri, diakui sebagai warisan budaya dunia oleh lembaga dunia UNESCO, sejak 2008.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement