Ahad 10 Aug 2014 06:02 WIB

Ponpes Al Zaytun Ajarkan NII, Ini Klarifikasi Moeldoko

Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan musisi Iwan Fals
Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan musisi Iwan Fals

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyoroti tentang munculnya isu adanya gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang bersumber dari Ponpes Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. Menurut dia, kesan itu muncul dari berbagai pihak, yang pada akhirnya ada kecenderungan mengarah ke Ponpes Al Zaytun.

Terkait hal itu, Moeldoko mengatakan, ada satu masalah mendasar yang dimiliki bangsa ini, yang perlu dibenahi, yaitu persoalan komunikasi. Pasalnya, tiadanya komunikasi antarpihak atau kelompok menimbulkan kecurigaan, yang kadang tidak benar sama sekali.

Lantaran isu NII muncul, ketika masih menjabat panglima Kodam III/Siliwangi, ia berinisiatif untuk melakukan komunikasi dari kedua pihak, baik dari Panji Gumilang selaku pengasuh Ponpes Al Zaytun dan kelompok masyarakat tertentu. Dia tidak memungkiri, Ponpes Al Zaytun dilihat masyarakat luar terlalu tertutup untuk menembus pengetahuan di dalamnya.

Kemudian, ia berinisiatif melakukan komunikasi dengan Panji Gumilar untuk mengklarifikasi isu yang beredar di masyarakat. Kenyataannya, kata dia, usulannya untuk memberikan ajaran terkait penanaman nasionalisme dan Pancasila kepada siswa atau santri diterima dengan baik oleh pihak ponpes yang didirikan pada 1999 tersebut.

"Saya bisa berkomunikas dengan baik dengan Pak Panji Gumilar. 'Pak kiai saya yakin di bidang agama semakin lengkap apabila (santri) dibekali kehidupan bernegara'. Saya diberi ruang dan diberi waktu untuk mengajarkan bela negara, saya kirim anggota Korps Wanita Angkatan Darat (AD) dan prajurit TNI. Hasilnya clear," kata Moeldoko.

Dia mengutarakan pernyataan tersebut ketika menjawab salah seorang peserta Obrolan Penting Satu Ini (OPSI) yang digagas ormas Orang Indonesia milik musisi Iwan Fals di Depok, Jawa Barat pada Sabtu (9/10).

Mantan wakil kepala staf AD (KSAD) tersebut menyatakan, kebijakannya yang ditempuh itu membuahkan hasil. Lantaran mandegnya proses komunikasi yang terjalin sebelumnya hingga menimbulkan kecurigaan tertentu akhirnya tidak terbukti.

Itu lantaran Ponpes Al Zaytun menerima kedatangan anggota TNI dan Polri yang membawa misi mengajarkan nilai-nilai kebangsaan. Alhasil, isu bahwa Ponpes Al Zaytun mendidik siswa atau santri agar menolak Pancasila tidak terbukti sama sekali.

"Sekarang kita lihat hasilnya, gaya komunikasi yang saya lakukan. Tidak ada kecurigaan lagi. Ini masalahnya komunikasi," kata mantan wakil gubernur Lemhannas itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement