REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menutup sementara kegiatan pendakian umum ke kedua gunung tersebut selama satu bulan penuh mulai 1 hingga 31 Agustus.
"Penutupan kegiatan pendakian ini merupakan agenda rutin setiap tahun, selain itu sebagai langkah pemulihan ekosistem setelah sekian lama dibuka untuk kegiatan pendakian dan kemah," kata Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Sukabumi BBTNGGP Afrizal kepada wartawan, Kamis (7/8).
Menurut Afrizal, selain untuk pemulihan ekosistem, penutupan kegiatan pendakian ini juga untuk antisipasi terjadinya kebarakan hutan, karena pada Agustus ini intensitas hujan rendah yang merupakan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Bahkan dari prakiraan BMKG, curah hujan di wilayah Jawa Barat khususnya Sukabumi, Bogr dan Cianjur rendah sehingga berpotensi terjadinya kebakaran hutan. Maka dari itu, jika kegiatan pendakian tetap dibuka khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti jatuhnya korban jiwa akibat kebakaran hutan.
"Dengan ditutupnya kegiatan pendakian secara umum ini, percepatan pengembalian hayati dan ekosistem bisa terlaksana, karena bagaimana pun juga ekosistem yang ada di Gunung Gede dan Pangrango butuh berkembang biak dan tumbuh secara tenang tanpa terganggu oleh manusia," tambahnya.
Di sisi lain, untuk mengantisipasi adanya penyusup selama penutupan kegiatan pendakian ini untuk umum, pihaknya melakukan kegiatan pengamanan, pemantauan dan patroli langsung di lapangan. Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi baik kepada warga dan menyebarkan imbauan pemberitahuan bahwa untuk sementara kegiatan pendakian untuk umum ditutup sampai 31 Agustus.
Namun, untuk kegiatan rekreasi harian seperti ke Curug Cibeureum, Curug Sawer, dan Situ Gunung serta kegiatan berkemah di bumi perkemahan (buper) tetap buka."Yang ditutup hanya kegiatan pendakian saja, tapu untuk tempat wisata tetap kami buka," kata Afrizal.