Sabtu 02 Aug 2014 13:16 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu Triwulan III Diprediksi 6,19 Persen

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Bank Indonesia prediksikan Provinsi Bengkulu akan mengalami pertumbuhan perekonomian pada triwulan III 2014 berada pada angka 6,19 persen (yoy).

"Oleh karena adanya momen lebaran, laju pertumbuhan kami prediksikan berkisar pada rentang 5,19 hingga 7,19 persen (yoy)," kata Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Azhar Achlusyani, di Bengkulu, Sabtu.

Dia mengatakan, lebaran tetap mendorong pertumbuhan ekonomi terutama pada beberapa sektor, namun penetapan kebijakan suku bunga oleh BI (BI rate) yakni 7,5 persen, juga memberikan dampak karena menahan laju pertumbuhan, sehingga pada triwulan III, pertumbuhan ekonomi Bengkulu tidak jauh berbeda dengan triwulan II.

"Pertumbuhan pada triwulan II yakni 6,21 persen (yoy), dengan BI rate yang ditetapkan, pertumbuhan akan menurun, namun momen lebaran juga kembali memacu laju pertumbuhan, sehingga, pertumbuhan ekonomi Bengkulu kami prediksi hanya turun sekitar 0,2 dari triwulan II," kata dia.

Terkait dengan momen lebaran, Azhar mengatakan, sektor yang signifikan mempengaruhi perekonomian yakni kelompok perdagangan, hotel dan restoran, kelompok keuangan dan sewa dan kelompok jasa.

"Untuk kelompok jasa serta perdagangan, hotel dan restoran tumbuh di atas 8,2 persen, sementara kelompok keuangan dan sewa tumbuh sekitar 7,3 persen," ucapnya.

Sementara itu, BI Bengkulu juga memprediksi Provinsi Bengkulu akan mengalami inflasi pada bulan Juli sekitar 1,25 persen (mtm).

"Untuk perhitungan secara tahunan, inflasi berkisar pada angka 4,67 persen (yoy), namun kami meyakini, kenaikan angka inflasi ini hanya sampai pada bulan Agustus, di akhir triwulan III inflasi kembali normal," katanya.

Dia mengatakan, selain momen lebaran, laju inflasi daerah itu juga dipicu oleh masa libur sekolah serta tahun ajaran baru.

Dia menilai sektor utama yakni bahan pangan yang biasa sebagai penyumbang inflasi pada bulan puasa dan lebaran dapat ditanggulangi dengan baik.

"Suplai pasokan berjalan lancar. Kenaikan harga memang terjadi, tetapi tidak terlalu signifikan. Dengan ketersediaan pasokan bahan pangan, kondisi psikologis masyarakat terhadap pasar bisa dikendalikan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement