REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Polri dan TNI di Papua membangun kekuatan bersama guna menghadapi kelompok bersenjata yang disinyalir hendak mengganggu jalannya pemungutan suara Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014.
"Kami (Polri dan TNI) memberi atensi pada Kabupaten Wamena, karena di sana ada kelompok lama yang ingin membuat gangguan, diantaranya kegiatan pembakaran, seperti yang terjadi sejak seminggu ini hingga kemarin malam," kata Kapolda Papua, Irjen Pol Tito Karnavian, di Jayapura, Selasa petang.
Ia mengatakan pada Senin (7/7) malam, seorang pria tak dikenal namun diduga merupakan bagian dari kelompok penganggu Pilpres di Wamena, sengaja melempar molotov hingga mengenai mobil dan terbakar.
Namun, kobaran api dalam mobil dapat dipadamkan petugas patroli Polri dan TNI. Kemudian petugas mengejar pria itu hingga kabur meninggalkan sepeda motor yang dikendarainya.
"Petugas sempat menembak orang itu, yang berupaya kabur dari kejaran petugas," ujarnya.
Karena itu, kata Tito, dilakukan penguatan pasukan dalam jumlah cukup besar di Wamena, yakni personel Brimob setempat, pasukan perkuatan dari Polda Papua, dan prajurit TNI yang mencapai seratusan orang.
Berbagai titik rawan di daerah itu dijaga ketat. Kini siaga penuh diberlakukan di kawasan itu.
"Ada beberapa pejabat utama Polda Papua yang saya tempatkan di sana, yakni Karo Ops (operasional) dan Karo Serpas (pergeseran pasukan) untuk beri atensi," ujarnya.
Atensi Polri dan TNI juga diberikan kepada Kabupaten Lani Jaya. Ini mengingat ada kelompok-kelompok bersenjata di sana yang patut diwaspadai, karena dulu pernah menyerang Polsek Ciremai.
"Kami dapat informasi, mereka juga akan melakukan gangguan. Kami sudah lakukan perkuatan pasukan yang sangat kuat, termasuk di dua daerah rawan lainnya seperti di Pirime (kecamatan) dan Tiom (ibukota Kabupaten Lani Jaya). Kalau di Lani Jaya sudah ada 200-an polri, dan 100-an TNI," ujarnya.