REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bulan Ramadhan memiliki kecenderungan pola hidup konsumtif yang tinggi. Hal itu seringkali dimanfaatkan oleh para pelanggar Perda. Dalam hal ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung telah menargetkan sejumlah penertiban sebelum bulan puasa tiba.
Kasapol PP Kota Bandung Ferdi Ligaswara, mengatakan bahwa menjelang bulan suci tahun ini jumlah PKL seringkali bertambah. Melihat itu, penertiban akan dilakukan bagi PKL yang mengganggu fungsi jalan juga trotoar. "Bisa dua sampai tiga kali lipat bertambahnya," ujar dia, (16/6).
Ia menilai kawasan tujuh titik yang sebelumnya telah menjadi zona merah bagi PKL akan tetap rentan saat menjelang puasa. Oleh karenanya, kawasan itu akan menjadi tujuan penertiban. Kawasan itu antara lain, Alun-Alun Bandung, Jl. Dalem Kaum, Jl. Kepatihan, Jl. Dewi Sartika, Jl. Asia Afrika, Jl. Otto Iskandardinata dan Jl. Merdeka.
Selain itu beberapa hari lalu (13/6) pihak Satpol PP telah melakukan razia di Kawasan lokalisasi Saritem. Dari aksi ini pihaknya menyita 4.500 botol miras. "Itu hanya di satu titik, kami akan melakukan penertiban miras di kawasan lain seperti di cafe, restoran, dan mini market yang tidak berizin," terangnya.
Selain PKL dan miras, Satpol PP dalam waktu dekat ini juga akan melakukan sidak ke semua pasar di Kota Bandung. Selain untuk pengecekan harga, sidak juga untuk mewaspadai keberadaan daging oplosan.
Ia membenarkan bahwa menjelang puasa, biasanya terdapat peningkatan permintaan daging celeng. Pedagang sering memanfaatkan kondisi itu, dengan mengoplos daging sapi dengan daging celeng yang berharga lebih murah.
Meski begitu, ia mengklaim bahwa di Kota Bandung pihaknya selama ini belum menemukan peredaran daging celeng, terutama menjelang bulan puasa. Namun, ia tetap meyakinkan bahwa pihaknya menargetkan dalam waktu dekat sidak akan dilakukan.
Mengenai hal itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Kadis Pertan) Kota Bandung, Elly Wasliah, mengatakan bahwa sidak akan dilakukan pada minggu ini juga, di pasar tradisional Kota Bandung. Dalam aksi itu turut melibatkan beberapa SKPD terkait, seperti BPOM Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kota Bandung, Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan, Kota Bandung, juga Satpol PP. "Waktu dan pasar apa yang akan disidak kami rahasiakan," katanya.
Ia menyadari bahwa menjelang bulan puasa ada kekhawatiran masyarakat mengenai beredarnya daging celeng ke pasar tradisional. Menanggapi hal itu pihaknya telah melakukan uji sempel daging di dua pasar tradisional di Kota Bandung.
Kedua pasar yang diuji adalah yang menjual daging di malam hari, yaitu Pasar Andir dan Pasar Ciroyom. Hal itu dikarenakan, menurutnya daging celeng biasanya masuk di pasar pada malam hari. Untuk hasil lab sendiri, ia mengatakan akan dapat diketahui minggu ini.
Sementara, Elly melihat bahwa permintaan daging sapi menjelang bulan puasa memang semakin meningkat. Namun, ia meyakini bahwa stok daging masih mencukupi. Ia menjelaskan salam kondisi normal 100-150 ekor daging sapi dipotong setiap harinya. "Kalau nanti h-2 sampai h-1 akan ada peningkatan sampai 100 per sen, kita motong bisa 250-300 ekor per hari," jelas Elly.
Kepada warga Kota Bandung ia menganjurkan untuk berhati-hati dalam memilih daging. Jangan tergiur dengan harga yang jauh lebih murah dibanding harga pasaran. Pasaran daging sapi saat ini Rp 90ribu per kilo, sedang daging celeng biasanya hanya dijual Rp 60ribu atau Rp 50ribu.
Selain itu menurutnya ada perbedaan secara kasat mata yang dapat diperhatikan. Daging celeng biasanya berwarna lebih merah dibanding daging sapi. Selain itu serat dagingnya pun lebih rapuh. Ketika ditarik, ia akan mudah robek. "Baunya juga nggak enak, karena dia liar mungkin makan bangkai kita juga nggak tau, tapi tetap berbeda juga dengan daging babi yang dipelihara, dia warnanya pink dagingnya," jelas Elly.