REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Pemerintah Kabupaten Tulungagung berencana melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh terhadap tujuh pekerja seks komersil Lokalisasi Dolly asal daerah tersebut, sebelum dipulangkan paksa 17 Juni mendatang demi mengantisipasi munculnya penyakit akibat infeksi menular seksual (IMS).
"Nanti kami akan lakukan dulu semacam pemeriksaan kesehatan dan kejiwaan secara menyeluruh terhadap masing-masing PSK," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kabupaten Tulungagung, Yumar, Selasa.
Menurut dia, "screening" atau pemeriksaan menyeluruh terhadap individu PSK asal Tulungagung ataupun daerah lain menjelang penutupan Lokalisasi Dolly di Surabaya, penting untuk mengetahui rekam jejak masing-masing wanita penghibur tersebut.
Tidak hanya sebatas mendata alamat, asal-usul dan latar belakang para PSK, tetapi lebih spesifik untuk mengindentifikasi kondisi kesehatan maupun kejiwaan para pekerja seks tersebut.
Salah satu jenis penyakit yang menjadi fokus kewaspadaan tim kesehatan dari Pemkab Tulungagung adalah mendeteksi kemungkinan infeksi menular seksual (IMS) yang diderita individu PSK, khususnya HIV/AIDS.
"Kalau sudah teridentifikasi tentunya tim gabungan, khususnya dari sisi medis bisa melakukan pembinaan serta pengawasan di lapangan. Jangan sampai mereka pulang dalam kondisi sakit, lalu menularkan kepada yang lain dan kami tidak tahu," ujarnya.
Yumar menambahkan, pendampingan dan pembinaan akan terus mereka lakukan untuk membantu mengentaskan ketujuh PSK dari Lokalisasi Dolly, sehingga tidak menyediakan layanan seksual berbayar saat dipulangkan ke daerah asalnya di Tulungagung.
Beberapa program bantuan dan pelatihan keterampilan telah disiapkan Dinsosnakertrans, dengan terlebih dahulu mengenali minat serta bakat PSK di bidang layanan pekerjaan umum nonseksual.
"Kami juga telah menyediakan sejumlah anggaran untuk bantuan permodalan," ujarnya.
Namun, kata Yumar, PSK bersangkutan akan menjadi sulit dientaskan dari dunia prostitusi apabila latar belakang mereka menerjuni bisnis esek-esek tersebut adalah karena hobi ataupun kecenderungan seks menyimpang lainnya.
"Kalau dalam proses screening diketahui jejak rekan menerjuni prostitusi karena hobby, ya tentu tidak akan pernah bisa disembuhkan. Karena diterapi dengan cara apapun, diberi modal berapapun nantinya pasti kembali ke bisnis prostitusi," tuturnya.
Lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya yang dikenal sebagai salah satu pusat bisnis prostitusi terbesar di Asia Tenggara, sebagaimana rencana akan ditutup oleh Pemkot Surabaya, 18 Juni atau sepekan sebelum Ramadhan.