Selasa 03 Jun 2014 22:47 WIB

Pemkab Kulon Progo Dorong Produksi Benih Mandiri

benih padi - ilustrasi
benih padi - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Catur Manunggal memproduksi benih padi secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut.

Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo di Kulon Progo, Selasa, mengatakan, pihaknya mendorong produksi benih secara mandiri agar di masa mendatang kebutuhan benih padi petani setempat bisa dipenuhi sendiri, tanpa harus membeli dari daerah lain.

"Ini merupakan langkah nyata Bela dan Beli Kulon Progo," kata Sutedjo dalam rangkaian Bulan Bhakti Gotong Royong (BBGRM) XI, Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXI dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-42 di Kecamatan Temon.

Ketua Gapoktan Catur Manunggal Ngudi Saryono mengatakan meskipun proses pembuatan benih bersertifikasi baru dilakukan mulai 2013, tetapi pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi agar mampu memenuhi kebutuhan petani di Desa Karangwuluh, Kecamatan Temon.

Pada 2013 ketika pertama produksi, kata Ngudi, dari lima ton gabah kering pungut, setelah dilakukan proses produksi dengan menjemur, diblower menghasilkan 3,75 ton benih padi. Pada 2014 meningkat dari sembilan ton gabah kering pungut menjadi 7,5 ton benih padi untuk satu musim tanam (MT).

"Kebutuhan benih padi untuk wilayah Kecamatan Temon diperkirakan sekitar 20 ton benih, sedangkan produksi benih kami baru 7,5 ton untuk satu MT, sehingga kami masih perlu meningkatkan produksi," kata Ngudi.

Dia mengatakan pengembangan produksi benih padi itu masih terkendala lantai jemur dan gudang yang belum luas dan memadai. Lantai jemur yang luas diperlukan karena setelah panen, padi harus segera dijemur selama dua hari untuk menjaga kualitas benih.

"Standar kandungan air maksimal adalah 13 persen," katanya.

Ia mengatakan benih padi hasil produksi dari Catur Manunggal diminati petani setempat karena Label Sertifikasi masih menggunakan label ungu, dan kualitasnya masih mendekati label putih sehingga masuk kategori bagus sekali.

Sementara untuk konsumsi, sebenarnya petani cukup menanam benih label biru, yang kualitasnya di bawah label ungu, tetapi petani setempat lebih memilih ungu.

"Dengan membuat benih bersertifikasi sendiri, hasil yang didapat gapoktan juga lebih tinggi. Selain itu perputaran uang tidak lari keluar daerah, tetapi masih di lingkup petani sendiri," kata Ngudi Saryono.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement