Senin 26 May 2014 17:07 WIB

4 Titipan Jero Wacik untuk Menteri ESDM Selanjutnya

Jero Wacik
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Jero Wacik

REPUBLIKA.CO.ID, BLORA -- Menteri ESDM Jero Wacik meminta pemerintahan mendatang konsisten terhadap empat fokus program yang sudah dicanangkan dalam Keputusan Menteri ESDM tentang Catur Dharma Energi.

"Saya ingin sampaikan program ketahanan energi untuk dua pasangan capres-cawapres. Mau Jokowi atau Prabowo, kalau negeri ini mau selamat soal ketahanan energi, nanti Menteri ESDM-nya harus kerja keras dan melaksanakan Kepmen Catur Dharma Energi," kata Jero di Cepu, Blora, Senin (26/5).

Menurutnya, semua priroritas penting menuju ketahanan energi sudah terdapat di Catur Dharma Energi. Selanjutnya, tinggal bagaiamana menteri ESDM berikutnya mempu konsisten mengimplementasikan empat konsep dalam Kepmen ESDM No 4051 K/70/MEM/2013 yang ditetapkan pada 27 Desember 2013 itu.

Sebagaimana kerangka konsep dalam Kepmen itu, Jero meminta pemerintahan mendatang meningkatkan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Dia meminta pemerintah mendatang mampu memformulasikan insentif agar dapat menarik para investor.

"Berikan insentif sebanyak-banyaknya untuk eksplorasi. Karena yang mau eksplorasi itu mahal dan berisiko. Jika ada perusahaan negara yang ingin eksplorasi, harus diutamakan," ujarnya.

Namun, katanya, prioritas pemberian izin eksplorasi untuk perusahaan negara harus dilakukan secara matang. Mengingat eksplorasi butuh modal, teknologi yang besar serta risiko dry hole yang kerap terjadi.

"Misalnya, saya kasih ladang minyak ke sebuah perusahaan negara. Sekali ngebor di darat (onshore) biayanya sekitar 60 juta dolar AS. Jika di tengah laut (offshore), untuk eksplorasinya 100 sampai 150 juta dolar AS untuk satu lubang. Begitu tahu tiba-tiba kosong (dry hole). Bisa langsung bubar, tuh perusahaan," ujar dia.

Namun, Jero tidak menyinggung mengenai masalah perizinan eksplorasi yang berbelit-belit dan tengah diupayakan dipangkas jumlahnya dari 286 menjadi 69 izin.

Fokus kedua dalam konsep itu, lanjut Jero, adalah pemerintah mendatang harus terus mengupayakan pengurangan impor BBM. Karena beban subsidi yang ditanggung pemerintah tahun ini telah membengkak sebesar Rp 74,3 triliun. Yaitu dari Rp 210,7 triliun menjadi Rp 285 triliun.

Pembengkakan subsidi BBM itu tersebut, terutama karena peningkatan asumsi kurs dari Rp 10.500 menjadi Rp 11.700 per dolar AS. "BBM itu kan impor. Pemerintah membayarkan pake dolar. Jadi akan naik mengikuti kurs," ucapnya.

Dia mengatakan, pengurangan impor BBM memang akan sulit sekali, mengingat BBM merupakan kebutuhan utama masyarakat yang konsumsinya terus meningkat. palagi dengan melonjaknya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia yang melebihi 50 persen dari total penduduk.

"Bayangkan, produksi mobil per tahunnya 1,2 juta unit, motor sembilan juta unit. Dan mereka inginnya yang subsidi terus. Pemerintah yang bayarin," tuturnya.

Jero melanjutkan, fokus ketiga adalah peningkatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Dia meminta pemerintah selanjutnya mengoptimalkan potensi energi dari geothermal dan juga air.

Indonesia, kata Jero, kini punya stok 35 ribu MW geothermal dari potensi yang terkandung di ratusan gunung berapi di nusantara.

"Tapi banyak yang belum dikerjakan. Maka dari itu saya sudah perintahkan untuk kebut rancangan UU panas bumi," tuturnya.

Fokus keempat yang dia minta untuk dikerjakan pemerintahan selanjutnya secara konsisten adalah upaya penghematan energi. "Listrik itu mahal, tapi masyarakat pakainya boros sekali. Dipakai boros karena masyarakat tahunya murah. Rencananya mau saya naikkan," tukasnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement