REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mundurnya Bos MNC Group, Harry Tanoesoedibjo (HT) dari Partai Hanura menjadi beban bagi partai besutan Wiranto. Kemundurannya diprediksi menjadi ancaman bagi partai tersebut.
“Saya tak dapat membayangkan bagaimana Hanura tanpa HT,” kata Pengamat Politik Indrawan SH ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (21/5). Bisa jadi pada pemilu yang akan datang, Hanura akan bernasib sama seperti PBB yang gagal mencapai ambang batas parlemen.
Dia menganalisis, mundurnya Hary Tanoe bukan karena sikapnya yang mendua dalam memberi dukungan terhadap calon presiden. Lebih dari itu, ucapnya, ruang yang tak seimbang dalam pengambilan kebijakan partai telah menjadi faktor mendasar.
“Kalau mendua, tidak mungkin menampakkan diri di pihak Prabowo. Saya pikir ini ilmu sederhana. Bilang aja habis manis sepah dibuang,” jelas Indrawan.
Dia menilai, HT sangat berjasa mendukung Hanura mulai dari pendanaan, sosialisasi media sampai mobilisasi dukungan. “Dia juga turun ke lapangan bersama Wiranto. Baru kali ini sosialisasi politik Hanura semarak. Iklan di TV tiap hari ada,” ujarnya.
Seharusnya, lanjut Indrawan, Hanura berterima kasih kepada Hary Tanoe dengan mengkompromikan perbedaan dalam pandangan politik. Hary Tanoe juga sejatinya dilibatkan dalam pengambilan kebijakan partai termasuk dalam menentukan arah koalisi. “Yang dominan selama ini kan Wiranto. Hary Tanoe bahkan tidak terlihat di setiap komunikasi dengan parpol lain,” tuturnya.