REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aktivis pendidikan dan pelajar Bandung mendeklarasikan "Saya Pelajar Anti Kekerasan dan Amat Cinta Keluarga (SPeAK’N ACT)", Ahad (18/5) di Car Free Day Dago.
Deklarasi ini dibuat sebagai aksi nyata pelajar di Kota Bandung yang perihatin atas maraknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak akhir-akhir ini.
''Kasus kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan bahkan telah terjadi pada anak-anak dibawah umur lima tahun. Kami sangat perihatin,'' ujar Koordinator Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip), Yanti Sriyulianti kepada wartawan.
Menurut Yanti, meningkatnya kasus kekerasan anak tiap tahun diperkirakan mencapai 100 persen. Berdasarkan data Komisi Nasional Anak, pada 2013, ada 1.383 pengaduan kekerasan. Tahun ini telah mencapai 3.023 kasus dengan 58 persen atau 1.620 diantaranya adalah pengaduan kekerasan seksual.
Sementara menurut penelitian Sejiwa, kata dia, kekerasan antar siswa di tingkat SMP secara berurutan terjadi di Yogyakarta (77,5 persen), Jakarta (61,1 persen) dan Surabaya (59,8 persen). Kekerasan di tingkat SMA terbanyak terjadi di Jakarta (72,7persen), kemudian diikuti Surabaya (67,2 persen) dan terakhir Yogyakarta (63,8 persen).
Fenomena ini, kata dia, mendorong Kerlip bersama dengan beberapa komunitas dan kelompok masyarakat lainnya untuk menggelar Bulan Aksi MeSRA (Mewujudkan Sekolah Ramah Anak) tahun 2014. Tujuan Bulan Aksi MeSRA untuk pencegahan dan penanganan kekerasan demi mewujudkan Sekolah Ramah Anak.