REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa, menegaskan bahwa dirinya bukan pemuja kekuasaan. Ia menyerahkan keputusan memilih calon wakil presiden (cawapres) kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) Partai Gerindra yang menjadi mitra koalisnya.
"Saya bukan pemuja kekuasaan, sehingga peran apapun dalam kehiduoan adalah hal yang biasa. Semua sudah pernah saya jalani. //That's life// (itulah hidup)," tutur Hatta dalam kicauan di akun Twitter-nya, Jumat (16/5) sore.
Hatta tengah digoyang posisinya yang digadang sebagai cawapres untuk Prabowo. Salah satu mitra koalisi Prabowo, PPP, menilai Hatta tidak memiliki nilai jual tinggi terutama untuk meraih suara dari massa Nahdalatul Ulama (NU).
Menanggapi suara sumbang PPP yang kemudian diamini oleh kubu PKS itu, Hatta yang baru mundur dari Menko Perekonomian -- sebagai salah satu syarat bagi pejabat negara yang ingin menjad kontestan pilpres -- mengaku pasrah atas munculna penolakan tersebut.
"Perlu saya jelaskan bahwa pihak yang menentukan cawapres adalah capres itu sendiri. Jadi, semua terserah Pak Prabowo," kicau Hatta, yang sosoknya dianggap lebih merepressentasikan "darah" Muhammadiyah itu.
Bagi Hatta, jika Prabowo misalnya memilih cawapres dari PPP, PKS maupun yang lain, monggo. "Namanya juga kecocokan, tidak bisa dipaksakan," tukasnya.
Hatta mengaku melihat dinamika ini sebagai hal yang biasa dalam demokrasi. ''Justeru lebih baik bila semua didiskusikan, saling memberi masukan, menyerap aspirasi daripada ditentukan secara penuh misteri," tandas Hatta.