Sabtu 03 May 2014 23:00 WIB

Pengrajin Golok Banyuasin Masih Gunakan Pola Tradisional

Perajin golok (ilustrasi)
Foto: [ist]
Perajin golok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pengrajin golok di Kecamatan Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, di tengah kemajuan teknologi sekarang ini ternyata masih menggunakan pola pembuatan secara tradisional.

Satu-satunya pengrajin golok di daerah tersebut, Rudi di Makarti Jaya, Banyuasin, Sabtu, menjelaskan, pola pembuatan masih menggunakan cara tradisional, karena keterbatasan jangkauan tenaga di sana.

"Di sini sulit menerapkan cara modern seperti menggunakan tenaga gas untuk pemanasan, karena pusat tenaganya jauh dari wilayah ini," katanya.

Meskipun tanpa alat modern semacam blower untuk mengolah bahan baku besi, namun berani menjamin kualitas produk golok, pisau dapur dan arit miliknya.

Tanpa blower, ia menggunakan pompa angin sederhana yang didatangkan dari kampung halamannya Desa Meranjat, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

"Desa Meranjat sendiri dikenal sebagai penghasil dan pembuat golok yang handal di Sumsel," katanya.

Sejak beberapa tahun terakhir ia mengembangkan usaha turun-temurun itu di daerah Kabupaten Banyuasin, karena peminat hasil pembuatan golok dan arit di sana cukup banyak.

Untuk mengerjakan satu arit atau golok, ia membutuhkan waktu 30 hingga 45 menit.

"Jadi dalam satu hari saya bisa menghasilkan puluhan produk, tergantung dari kemampuan tenaga hari itu," ujarnya.

Dia mengakui, proses pembuatan peralatan pertanian tersebut memang membutuhkan tenaga dan keahlian khusus.

Menurut dia, sebagai generasi ke delapan pembuat arit dan golok baru bisa memiliki keahlian ini pada usia 23 tahun.

Proses pembuatan golok sendiri antara lain mulai dari mencairkan bahan baku besi bekas press per mobil menjadi batangan, membakar batangan agar dapat dibentuk, menipiskan gerigi, mengasah, hingga memasang pegangan dilakukannya dengan bantuan salah satu keluarganya.

Untuk omset penjualan, pria berusia 43 tahun itu mengaku mendapatkan hasil yang lumayan, karena mayoritas masyarakat di sini merupakan petani dan membutuhkan peralatan pertanian seperti golok dan arit.

Bila musim panen tiba maka jumlah pesanan bisa mencapai angka lima ratus bilah golok berbagai ukuran dengan harga bervariasi.

Mengenai harga jual, untuk golok maupun arit Rp60.000 hingga Rp70.000 per bilah.

Sementara, golok dan arit tidak hanya untuk bertani, sebagian warga Makarti Jaya kebanyakan juga membawa peralatan tersebut ke kampung halamannya karena kualitas yang diyakini baik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement