REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sopir angkot di Depok, Jawa Barat, didominasi anak-anak baru gede (ABG) yang umumnya tidak memiliki SIM. Para sopir ABG ini bahkan ditenggarai belum mempunyai KTP.
Gunadi (16 tahun), satu sopir angkot di Depok, mengaku terpaksa menjadi sopir angkot karena himpitan ekonomi. Belum lagi, kata dia, keluarganya berutang di sana sini.
"Saya tidak punya SIM dan KTP, tetapi mau bagaimana lagi," kata dia, Jumat (2/5). Sopir seperti dirinya, lanjut Gunadi, cukup banyak beroperasi di Depok dan sekitarnya. Ia pun memilih pasrah jika polisi melakukan razia atau menilang.
Angkot D03 jurusan Depok-Parung, D04 Depok-Kukusan, dan D07 jurusan Depok-Citayam tercatat yang paling banyak bersopirkan ABG. Sopir-sopir ABG ini menggantikan sopir tetapnya dengan membayar setoran.
Faisal (18 tahun), sopir angkot Depok-Parung, mengatakan dirinya tidak memiliki SIM, tapi KTP ada. Menjadi sopir, kata dia, sebetulnya bukan pilihan hidupnya, namun karena desakan ekonomi. "Saya inginnya sekolah lagi, tapi tidak punya uang untuk bayar kuliah," kata Faisal.
Maryam (30 tahun), ibu rumah tangga yang menumpang angkor D03, mengeluhkan sikap sopir-sopir angkot ABG yang cenderung brutal dan ugal-ugalan saat mengemudi. Mereka, kata Maryam, sama sekali tidak memikirkan keselamatan penumpang dengan membawa mobil kebut-kebutan.
"Mereka juga tidak memiliki SIM dan tidak paham tata krama mengemudi di jalan. Seharusnya polisi menindak sopir-sopir ini," kata Maryam.