Rabu 30 Apr 2014 16:46 WIB

Pengamat: PAN Lebih Realistis 'Merapat' ke PDIP

  Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa (kanan), bersama calon legislatif PAN, Desy Ratnasari (kiri) dan Eko Patrio (tengah), menyampaikan orasi politik saat kampanye akbar PAN di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (3/4).  (Antara/Ismar Patrizk
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa (kanan), bersama calon legislatif PAN, Desy Ratnasari (kiri) dan Eko Patrio (tengah), menyampaikan orasi politik saat kampanye akbar PAN di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (3/4). (Antara/Ismar Patrizk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Victor Silaen menilai langkah paling realistis yang dapat ditempuh Partai Amanat Nasional (PAN) saat ini adalah merapat ke PDIP dengan menanggalkan keinginannya mengusung Hatta Rajasa sebagai cawapres.

"Opsi paling realistis bagi PAN untuk tetap berada dalam pemerintahan selanjutnya adalah merapat ke PDIP, karena PDIP sudah hampir matang koalisinya. Tapi jangan memaksa minta posisi cawapres, cukup satu-dua kursi menteri saja," kata Victor saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Victor mengingatkan partai selain PDIP hingga saat ini masih terus berproses, bahkan dikhawatirkan mengalami kebuntuan koalisi hingga tanggal pendaftaran paket capres-cawapres ke KPU 18-24 Mei nanti. Sehingga PAN juga tidak relevan lagi mengupayakan terbentuknya Koalisi Indonesia Raya, buah pikiran Amien Rais beberapa waktu lalu yang berniat menggabungkan partai tengah dengan partai nasionalis.

"Koalisi itu (Koalisi Indonesia Raya) sebenarnya tidak relevan , karena partai-partai (tengah) itu kan suaranya kecil. Yang relevan adalah merapat ke partai-partai yang suaranya cukup besar, lagi pula nantinya juga akan terhambat dengan isu siapa yang akan dicapreskan dan dicawapreskan," ujar dia.

Lebih jauh Victor mengatakan bahwa PAN bisa dianggap memiliki ikatan kuat dengan Partai Demokrat karena hubungan besan antara Susilo Bambang Yudhoyono dengan Hatta Rajasa. Namun dia memperkirakan PAN bisa meninggalkan Partai Demokrat untuk merapat ke PDIP.

"Bisa saja PAN nanti meninggalkan Partai Demokrat demi merapat ke PDIP karena politik itu pragmatis. PDIP kan belum tentu mau koalisi dengan Partai Demokrat," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement