REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan kerugian ekonomi dari bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau selama Februari hingga April 2014 lebih dari Rp 20 triliun.
"Yang perlu ditekankan adalah, sekali terbakar maka akan sulit dipadamkan dan biayanya besar," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pada Seminar "Solusi Tuntas Riau Bebas Asap", di Pekanbaru, Selasa (29/4).
Ia menjelaskan, kerugian tersebut dihitung dari besaran Produk Domestik Regional Bruto Riau yang karena bencana asap telah mengganggu aktivitas perputaran ekonomi dan uang sekitar 30 persen.
Menurut dia, kerugian tersebut baru berasal dari sisi bisnis dan ekonomi dimana bencana asap telah melumpuhkan aktivitas penerbangan dan juga berefek domino kepada aktivitas usaha lainnya.
Dengan perhitungan dampak bencana asap Riau terjadi pada Februari sampai dengan pertengahan April, lanjutnya, kerugian yang terjadi per bulan mencapai Rp 10 triliun.
Ia mengatakan biaya penanggulangan bencana asap untuk Riau juga sangat besar, karena sudah menyedot dana BNPB sekitar Rp 164 miliar, atau sepertiga dari anggaran penanggulangan kebakaran nasional yang mencapai sekitar Rp 500 miliar.
Jumlah itu bisa makin membengkak apabila dihitung kerugian kerusakan lingkungan hidup karena berdasarkan data Satgas Darurat Asap Riau, lebih dari 21.900 hektar lahan dan hutan telah terbakar selama bencana asap terjadi.
Selain itu, kerugian lainnya bisa datang dari masalah kesehatan yang timbul akibat asap bagi warga Riau serta daerah lain yang terkena dampak asap kiriman, seperti di Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.