REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada pekan ini mengalami kenaikan menjadi Rp 8.100 per kilogram dibanding sebelumnya hanya Rp 7.950 per kilogram.
Menurut Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Ma'ruf, di Kudus, Senin (28/4), kenaikkan harga jual kedelai impor dimulai sejak dua sepekan terakhir.
Penyebab kenaikan harga jual kedelai tersebut, kata dia, belum diketahui secara pasti, apakah karena faktor kenaikan kurs dolar atau faktor lain. Meskipun mengalami kenaikan, katanya, ketersediaan stok kedelai impor cukup aman.
Stok kedelai impor yang tersedia, kata dia, mencapai 60 ton sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan pengrajin tahu dan tempe di Kudus. Naiknya harga kedelai impor hingga Rp 8.100 per kg, katanya, belum terlalu berpengaruh pada tingkat pembelian kedelai para pengrajin tahu dan tempe.
Sementara harga jual kedelai lokal, katanya, dua bulan yang lalu sebesar Rp 7.500 per kg. Untuk stok kedelai lokal, katanya, sejak dua bulan lalu hingga sekarang belum tersedia, karena belum ada daerah yang panen.
Daerah yang selama ini menjadi pemasok, yakni dari Madura dan beberapa wilayah lain di Jawa Timur. Demikian halnya, kata dia, dari Kabupaten Grobogan dipastikan juga tidak ada yang panen sehingga kedelai lokal untuk sementara kosong.
Ketersediaan kedelai lokal selama ini tidak menentu sehingga berdampak komoditas tersebut hanya sebagai komoditas alternatif para pengusaha tahu dan tempe. Adapun kebutuhan kedelai impor di Kabupaten Kudus antara 15 ton hingga 20 ton per hari dengan jumlah pengusaha tahu dan tempe mencapai 300-an pengusaha.