REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PDIP mengeluhkan serangan yang dialamatkan ke Jokowi semakin meningkat. Padahal, sebelum keputusan pencalonan Jokowi diumumkan, internal partai sudah mengantisipasinya. Sayangnya, upaya itu tidak berhasil. Malahan, dari hari ke hari terjadi upaya masif yang dilakukan lawan politiknya untuk memojokkan gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Kita sudah mengantisipasi kalau Jokowi jadi musuh bersama. Memang Jokowi bukan musuh bersama, tapi sudah menjadi musuh ramai-ramai," kata politisi PDIP Da'i Bachtiar dalam diskusi 'Mengapa Efek Jokowi tidak (Di)Maksimal(kan)? di Jakarta, Selasa (15/4).
Menurut dia, kehadiran Jokowi terbukti berdampak positif bagi partai. Hal itu terbukti dengan adanya Jokowi Effect yang mengatrol perolehan PDIP di kisaran 19 persen. Meski meleset dari target 27 persen, namun raihan PDIP merupakan yang tertinggi dibandingkan partai lain.
Kita betul memanfaatkan, saya ikut Lampung, Banten, dan Jawa Timur.
"Jokowo Effect itu ada. Penampilan Jokowi memang tidak menarik, tidak meyakinkan. Tetapi, saya mebdapat informasi langsung dari Bu Mega bahwa Jokowi sosok yang mau bekerja," kata mantan kepala Polri itu.
Pengamat politik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan, PDIP telah gagal memanfaatkan daya tarik yang dimiliki Jokowi. Dia menyoroti masalah iklan kampanye yang lebih menonjolkan sosok selain Jokowi. "Jokowi Effect itu ada secara potensial, tapi gagal diwujudkan. Kita bicara ilmiah, akademik saja," cetus Andrinof.
Dia menyebut, PDIP berada dalam kondisi tidak menguntungkan menyambut perhelatan pilpres pada 9 Juni mendatang. Itu kalau strategi pemenangan partai tidak diubah. Karena itu, cara satu-satunya untuk mengantarkan Jokowi menuju kursi RI-1 adalah dengan menjual kepopuleran Jokowi ke masyarakat.
"Namanya potensi bisa diwujudkan, bisa diredam. Jokowi Effect tidak dikelola dengan baik," ujarnya. n erik purnama putra Eagle flies alone