Jumat 11 Apr 2014 09:29 WIB

Budayawan Bahas Buku Bung Karno

Rumah tempat Bung Karno pernah diasingkan di Bengkulu
Foto: IST
Rumah tempat Bung Karno pernah diasingkan di Bengkulu

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR-- Lembaga kebudayaan Bentara Budaya Bali (BBB) menggelar diskusi sejarah dan seni rupa yang terangkum dalam pustaka bertajuk "Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa Indonesia".

Diskusi di BBB Ketewel, Kabupaten Gianyar pada Sabtu (12/2) itu, menampilkan pembicara Mikke Susanto, pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang juga penulis seni rupa, kata Putu Aryasthawa, staf BBB yang merancang kegiatan tersebut di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, ada banyak hal terkait Bung Karno yang senantiasa menarik untuk diulas, baik menyangkut kiprahnya sebagai tokoh sejarah maupun sisi lain dalam kehidupan Sang Proklamator. Namun demikian belum banyak buku maupun sumber yang mengetengahkan secara khusus keterkaitan Bung Karno dengan dunia seni rupa di Indonesia, ujar Putu.

Oleh sebab itu, Mikke Susanto akan mendialogkan buku terkininya yang bertajuk "Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa Indonesia" yang melibatkan seniman, budayawan dan berbagai komponen masyarakat Bali.

Pada diskusi itu akan menampilkan pembahas Pande Wayan Suteja Neka, budayawan dan pendiri Museum Neka serta moderator Kun Adnyana. Buku berjudul "Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa Indonesia" itu merupakan hasil karya penelitian tesis S2 Mikke Susanto, terdiri dari empat bab utama.

Bung Karno, menurut Susanto, tidak saja seorang proklamator, Presiden pertama Republik Indonesia dan Bapak pendiri bangsa, namun juga seorang pecinta dan patron seni. "Kecintaan terhadap karya seni itu membawa Bung Karno dekat dengan banyak seniman, terutama pelukis. Dari sanalah Bung Karno mulai mengoleksi karya-karya seni yang dibukukan dalam buku koleksi Bung Karno sebanyak lima jilid," tutur Susanto.

Sejarah mencatat, Bung Karno memiliki ikatan tersendiri dengan Pulau Dewata, karena Ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai, lahir di tanah dengan seribu pura tersebut, disamping Pulau Dewata memukau Bung Karno dengan pesona kultural, adat istiadat, dan keseniannya.

Semuanya itu tidak mudah dilupakan begitu saja, terbukti melalui capaian arsitektur yang terbilang unggul, yakni Istana Tampak Siring dan Bali Beach Hotel, hotel bertingkat sepuluh, fasilitas pariwisata kelas bintang yang pertama dibangun di Bali tahun 1969.

Bung Karno pun menjalin persahabatan dengan seniman-seniman asing seperti Le Mayeur, R. Bonnet, Antonio Blanco, dan Christiano, serta dengan perupa-perupa Bali antara lain Ida Bagus Made Poleng, Ida Bagus Made Nadera, Lempad, Tungeh dan Regig.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement