Senin 07 Apr 2014 16:56 WIB

Rumah Retak di Cicendo Risaukan Warga

Rep: c30/ Red: Bilal Ramadhan
Tanah retak
Foto: Antara
Tanah retak

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Beberapa rumah warga di RW 02 Kelurahan Arjuna Kecamatan Cicendo mengalami retak parah. Warga pun merasa was-was dengan keadaan yang terjadi. Sebab, setiap hari selalu ada pergeseran hingga menyebabkan lebar retakan semakin bertambah.

Keretakan paling parah terjadi di RT 002 dan RT 003. Dua rumah warga di RT 003 dan tiga rumah di RT 002. Di bagian yang retak sudah tidak bisa lagi ditempati. Lantai sudah pecah dan dinding yang retak juga bergeser. Lebar retakan menganga hingga lebih dari sepuluh sentimeter.

Salah satu warga RT02 yang rumahnya mengalami retakan, Enung Mariati (32 tahun), mengatakan, keretakan kecil terjadi pasca hujan lebat yang mengguyur Kota Bandung pada tanggal 18 Maret lalu. Sejak itu retakan-retakan kecil di beberapa bagian rumah sudah mulai terlihat.

Enung menjelaskan, sejak saat itu dirinya merasa takut dengan kondisi yang terjadi. Pasalnya, hampir setiap hari retakan semakin lebar. "Hampir tiap hari itu ada bunyi krek krek begitu. Saya kan takut," katanya saat ditemui ROL di rumahnya, Senin (7/4).

Dikatakan Enung, retakan yang terjadi di rumahnya semakin parah ketika hujan lebat mengguyur. Hal itu dikarenakan meningkatnya debit air di Sungai Citepus. Rumah Enung persis berada di tepi aliran Sungai Citepus.

"Mudah-mudahan saja nggak hujan. Kalau hujan saya was-was soalnya pas selesai hujan pasti retakannya tambah lebar," ujarnya.

Kondisi yang sama juga terjadi di rumah Oman Suganda (71 tahun). Warga RT 003/02 ini sudah mengosongkan rumahnya di bagian belakang. Sejak Jumat (4/4), kata dia, di bagian ruang yang retak sudah ia kosongkan. Termasuk barang-barang yang ada. Keretakan parah terjadi di bagian ruang keluarga. 

Dikatakan Oman, saat hujan lebat yang mengguyur Kota Bandung tanggal 18 Maret lalu, keretakan kecil sudah terjadi. Dia hanya mengira bahwa itu adalah kejadian biasa. Ia pun menambal temboknya yang retak-retak dengan semen. Tetapi, kata dia, lama-kelamaan keretakan semakin parah.

Oman mengaku, kejadian paling parah terjadi pada Jumat (4/4). Saat itu, lantai rumahnya tiba-tiba berbunyi dan kemudian pecah. Dinding temboknya pun bergeser antara ruang tengah dan belakang sehingga menganga hingga lebih dari sepuluh sentimeter.

"Kedalaman lantai yang pecah saya ukur ternyata sampai tiga puluh sentimeter," ujar pensiunan TNI itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement